Damaskus (ANTARA News) - Sebanyak tiga juta dari 23 juta warga Suriah telah kehilangan pekerjaan mereka akibat krisis, sementara negeri itu kehilangan urat nadi utama ekonomi dan menderita kemerosotan ekonomi parah.

Pusat Suriah bagi Penelitian Kebijakan di dalam laporan untuk kuartal pertama 2013, mengatakan angka pengangguran naik jadi 48,8 persen.

Laporan itu, yang dikeluarkan melalui kerja sama dengan Lembaga Pekerjaan PBB Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA), mengungkapkan jumlah orang yang tak bekerja di Suriah naik jadi 2,965 juta.

Laporan tersebut mengumandangkan laporan lain yang dikeluarkan pada Juli oleh Kepala Federasi Umum Serikat Kerja Shaaban Azzouz, yang menyebutkan jumlah orang yang kehilangan pekerjaan selama krisis Suriah jadi sebanyak tiga juta orang.

Menurut laporan sebelumnya, yang dikeluarkan oleh Pusat Suriah bagi Penelitian Kebijakan pada Februari, sebanyak setengah juta tenaga kerja elit Suriah telah kehilangan pekerjaan mereka selama dua tahun belakangan. Ditambahkannya, orang Suriah yang secara sukarela meninggalkan negeri mereka diperkirakan berjumlah 1,33 juta.

Jumlah pengangguran di Suriah sampai akhir 2012 mencapai 2,653 juta, sementara jumlah tersebut naik jadi 2,965 juta pada kuartal pertama tahun ini, kata laporan itu sebagaimana dikutip Xinhua.

Itu berarti sebanyak 300.000 pekerja telah kehilangan pekerjaan mereka dalam kuartal pertama tahun ini. Jumlah tersebut mengirim tanda peringatan di negara yang dicabik perang itu, saat urat nadi utama ekonominya --pertanian, pariwisata dan minyak-- menjadi kering, dan inflasi mencapai rekor.

Jumlah tersebut juga telah dikeluarkan di tengah peringatan bahwa negeri itu mungkin segera menyaksikan revolusi kelaparan, sebab harga bahan makanan melonjak secara dramatis dan nilai tukar mata uang pound Suriah merosot.

Lonjakan harga yang tak pernah terjadi sebelumnya itu mengakibatkan protes di seluruh negeri tersebut, sehingga pemerintah turun-tangan di pasar dan memompa jutaan dolar AS untuk membantu mengendalikan nilai tukar pound Suriah.

Pemerintah telah berhasil mendongkrak nilai tukar pound Suriah dari 325 pound per satu dolar AS jadi 200 pound di pasar gelap dalam waktu kurang dari satu bulan. Namun, harga tetap masih tinggi dan berada di luar jangkauan kebanyakan orang Suriah.

Beberapa pengamat menganggap kebijakan keliru pemerintah ikut menyebabkan kenaikan harga bahan makanan dan menuduh pemerintah menyia-nyiakan cadangan mata uang kontannya.

Muneir al-Hamash, seorang pengulas ekonomi, memberitahu media setempat bahwa cadangan mata uang kontan negara mesti digunakan untuk mengimport komoditas paling penting konsumen. Pemerintah, katanya, juga mesti menjaga cadangan mata uang kontannya sekuat mungkin untuk memperkokoh situasi moneter di Suriah.

Ia menyatakan pemerintah mesti berusaha menghidupkan kembali perdagangan eceran pemerintah dan menemukan kerja sama efektif antara kebijakan moneter dan fiskal mengenai pemeliharaan keseimbangan antara kedua kebijakan itu guna mengurangi inflasi serta menemukan sumber daya keuangan bagi kas negara.
(C003)