Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyambangi markas Slank di Gang Potlot untuk mendiskusikan masalah pembajakan karya musisi yang disebut Gita sangat merugikan.

"Menangani masalah ini tidak bisa dilakukan secara sporadis dan dalam waktu yang singkat tapi harus dilakukan bersama-sama dan hasilnya baru bisa dinikmati setidaknya sepuluh hingga 15 tahun ke depan," kata Gita yang juga musisi, di Jakarta, Jumat

Sementara Bimo Setiawan Almachzumi atau Bim-bim menginginkan industri musik Tanah Air dibuat satu pintu dengan pemerintah sebagai regulator sehingga tidak terlalu sendiri-sendiri.

"Kita tahu saat ini terlalu banyak badan yang jalan sendiri-sendiri," kata penggebuk drum grup Slank ini.

Slank berharap Gita yang penggemar musik jazz itu menjadi pelopor gerakan dalam revolusi industri musik nasional.

"Selama ini kami sudah mencoba berdialog dengan pemerintah dengan mendatangi menteri-menteri tapi selalu mentok, mudah-mudahan dengan diskusi ini Pak Gita bisa teracuni dengan peace, love and unity-nya Slank sehingga bisa mengubah keadaan jadi lebih baik," kata Bim-bim.

Bim-bim mengatakan berbicara pada sesama musisi terasa lebih mudah apalagi dia dan Gita Wirjawan seumuran.

Nilai konsumsi musik di Indonesia mencapai Rp5 triliun dengan rata-rata satu orang menghabiskan Rp20 ribu per tahun. Sayang, hanya sekitar 10 persen atau Rp500 milyaran yang masuk kantong musisi.

"Kepentingan kami di sini sama dan saya melihat ada kepedulian besar pada Pak Gita terhadap industri musik karena rupanya Beliau juga produser beberapa musisi seperti Tompi," katanya.