"Hal yang menarik adalah bagaimana para ibu ini tidak menganggap dirinya lemah sebagai ibu tunggal, mereka dapat melihat ini sebagai titik balik untuk bertumbuh bagi dirinya sendiri dan untuk keluarga mereka di Indonesia," ujar Vice President Migrant Workers IDN Global, Nathalia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Baca juga: Sheryl Sandberg puji kegigihan ibu tunggal
Kegiatan yang dihadiri oleh para ibu tunggal Pekerja Migran Indonesia (PMI) ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih jauh peran perempuan Indonesia, utamanya para ibu tunggal migran yang bekerja di luar negeri dengan mendengarkan pengalaman dan tantangan yang dihadapi.
IDN Global juga menekankan pentingnya edukasi tentang hukum dan literasi finansial kepada para ibu tunggal migran tersebut.
Dialog tersebut menghadirkan empat narasumber yang merupakan ibu tunggal migran Indonesia dari Taiwan dan Hong Kong, yakni Yuyun (PMI Taiwan), Galuh (PMI Hong Kong), Neng Nurma (PMI Hong Kong) dan Neni (PMI Hong Kong).
Ia berpesan kepada para ibu tunggal migran Indonesia untuk jangan menyerah, jangan berputus asa dan fokus pada tujuan bekerja.
Sementara PMI yang bekerja di Hong Kong Galuh mengisahkan kehidupan rumah tangga yang baru dirasakan selama dua tahun, tetapi harus ditinggal wafat oleh sang suami.
"Saya selalu berpikir, impian anak dan harapan orang tua adalah tujuan saya, ketika impian mereka semua terwujud, berarti diri saya sudah bahagia. Hal ini akan menjadi kepuasan tersendiri bagi diri saya. Saya ingin anak saya sukses, membanggakan saya dan bermanfaat untuk orang lain," tutur Galuh.
Sedangkan Neni yang juga berasal dari Hong Kong menyebutkan bahwa stigma negatif masyarakat Indonesia tentang ibu tunggal.
Baca juga: Indonesia loloskan resolusi PBB lindungi pekerja migran perempuan
Baca juga: Pemerintah perlu maksimalkan perlindungan perempuan pekerja migran
Selain itu, menurutnya, anggapan negatif masyarakat tentang ibu tunggal migran selama ini salah, karena para ibu tunggal migran ini tidak hanya bekerja, tetapi juga mengisi waktu secara produktif dengan menulis, berorganisasi, berkomunitas, bahkan melanjutkan pendidikan.
"Semoga nanti saat pulang ke Indonesia, bisa tidak jauh lagi dari anak, bisa bekerja di Indonesia dan jauh lebih baik lagi untuk masa depan anak-anak," ucap Neni.