Lebak (ANTARA) - Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Lebak menyebutkan perempuan Badui berperan aktif untuk membantu ekonomi keluarga dengan tidak mengandalkan hanya pada pendapatan suami.

"Kami mengapresiasi kaum perempuan Badui sangat produktif dan selalu bekerja untuk membangun ekonomi keluarga, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka," kata Siti Nurasiah, Bidang Organisasi GOW Kabupaten Lebak saat memperingati Hari Ibu dengan tema Perempuan Berdaya dan Berkarya, di Lebak, Banten, Jumat.

Perempuan Badui kesehariannya dinilai sangat perkasa tanpa kenal lelah selalu bekerja untuk membantu dan menopang ekonomi keluarga.

Para perempuan Badui dengan berkarya memproduksi aneka kerajinan, di antaranya menenun dan berjualan di bale-bale rumah di permukiman hak tanah ulayat adat Badui.

Selain itu, mereka juga bekerja di ladang-ladang dengan menanam aneka tanaman pangan mulai padi huma, palawija dan hortikultura.

Para perempuan Badui jika berada di rumah keseharian mereka selalu memasak, mencuci hingga mengasuh anak-anak mereka.

Selama ini, kata dia lagi, peringatan Hari Ibu tentu kesetaraan gender sudah terlihat apa yang dilakukan perempuan Badui itu dalam membantu dan menopang ekonomi keluarga.

Artinya, kata dia lagi, perempuan Badui tidak hanya menggantungkan beban ekonomi dan ketersediaan pangan kepada suaminya saja, namun perempuan Badui mampu berdaya dan berkarya.

"Kami menilai luar biasa kaum perempuan Badui berjuang untuk memenuhi kebutuhan pangan dan ekonomi keluarga, sehingga masyarakat Badui hingga kini belum ditemukan kelaparan," kata Siti yang juga aktivis Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Banten Bidang Perempuan dan Anak.

Munah (45), seorang perempuan Badui mengaku dirinya sudah hampir 25 tahun sebagai perajin tenun tradisional dan bisa membantu ekonomi keluarga. Pendapatan tenun tradisional berkisar antara Rp2 juta sampai Rp4 juta/bulan.

Selain itu, dirinya juga membantu suami di ladang dengan menanam aneka tanaman di antaranya padi huma, tanam kencur, jahe, pisang hingga jagung.

"Kami sejak rumah tangga hingga sekarang tetap berdaya dan berkarya untuk membantu pendapatan ekonomi keluarga," kata Munah.

Sedangkan Sarti (50), seorang perempuan Badui lainnya mengaku dirinya setiap hari di ladang untuk merawat aneka tanaman agar tumbuh subur dan bisa menghasilkan panen.

"Kami bersama suami membuka hutan seluas satu hektare di Blok Cicuraheum Gunung Kencana untuk dijadikan ladang dengan ditanami aneka tanaman guna membantu ekonomi keluarga," katanya menjelaskan.
Baca juga: Demi tradisi dan kesetiaan, Perempuan Badui bercocok tanam
Baca juga: Tenun kaum perempuan Badui menopang ekonomi masyarakat adat