"Faktor penyebab pergerakan tanah antara lain curah hujan tinggi, bebatuan yang lapuk, dan kemiringan lereng ekstrem," kata Kepala Balai Pemantau Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara, Zakarias Raja, dari Kabupaten Ende, Jumat.
Baca juga: Diterjang longsor, kebun warga desa di Nagekeo-NTT hancur
Ia menjelaskan gerakan tanah terjadi karena ada pembebanan pada lapisan tanah dan batuan yang tidak masif akibat curah hujan yang tinggi, sehingga beban gaya pendorong semakin tinggi, sedangkan gaya penahan berkurang mengakibatkan adanya gerakan tanah. Oleh karena itu, lanjutnya, berbagai langkah mitigasi harus dilakukan warga pada daerah rawan tersebut.
Zakarias mengatakan masyarakat dapat memantau ciri pergerakan tanah setiap hari dengan melihat keadaan sekitar, serta menggunakan cara konvensional yang mudah dan sederhana, seperti mengikat tali di pohon bagian hulu dan pohon lainnya di hilir.
Baca juga: Gempa M5,8 guncang wilayah timur laut Nagekeo, NTT
Dalam hal ini proses pemantauan pergerakan tanah yang dilakukan dimulai dengan pendataan lokasi kejadian gerakan tanah atau longsor, data daerah yang rentan, penyelidikan geologi batuan, penyelidikan geologi struktur, serta pembaharuan peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah (ZKGT).
Baca juga: BPBD Nagekeo mitigasi bencana lewat pengelolaan lingkungan
Baca juga: BMKG ingatkan potensi cuaca ekstrem pada tiga kabupaten di Flores