Gaza (ANTARA) - Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, musim dingin menjadi tamu pahit bagi Jalal Mosaad (45), seorang pengungsi Palestina, yang tinggal di tenda sementara yang baru didirikan di Kota Rafah, sebelah selatan Jalur Gaza.

"Dulu, saya menunggu musim dingin untuk menikmati ritual musim dingin, termasuk menyiapkan makanan dan minuman panas, dan menghabiskan waktu bersama delapan anggota keluarga saya di dalam rumah," kata Jalal.

Namun kini, ayah enam anak tersebut mengaku harus sibuk mengambil air hujan dari dalam dan sekitar tenda dengan cara primitif, selama air hujan tersebut terus mengalir turun.

Sejak dievakuasi dari rumahnya di bagian timur Kota Khan Younis bersama keluarganya dan puluhan ribu pengungsi Palestina lainnya, Jalal menghabiskan hari-hari dengan mencari makanan dan air untuk anak-anaknya.

Namun, musim dingin menambah penderitaannya.
Warga Palestina di tempat penampungan sementara di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, 13 Desember 2023. (ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad)


Eskalasi serangan Israel tersebut merupakan pembalasan atas serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan penyanderaan lebih dari 200 orang.

Sementara itu, akibat cuaca buruk dan dingin, anak-anak Mohammed al-Hajjar (34), seorang pengungsi Palestina lainnya, jatuh sakit dan perlu dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan.

Namun, dia mengatakan semua pusat medis, rumah sakit, dan rumah sakit lapangan penuh sesak dengan korban luka-luka. Lebih parahnya lagi, stok obat di apotek-apotek setempat sudah habis.

"Semuanya habis dan kami butuh perawatan dan berbagai barang kebutuhan sehari-hari di daerah kantong ini," kata Mohammed.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sekitar 1,9 juta orang di Gaza atau sekitar 85 persen dari total populasi Jalur Gaza telah mengungsi sejak konflik itu meletus.

Sementara itu, sebagian di antaranya telah beberapa kali mengungsi untuk menghindari serangan Israel dan mencari tempat perlindungan yang aman.

UNRWA menyatakan bahwa akibat kepadatan dan kondisi sanitasi yang buruk di tempat penampungan, terjadi peningkatan signifikan pada beberapa penyakit dan kondisi infeksi, seperti diare, infeksi saluran pernapasan akut, dan infeksi kulit.

Secara rata-rata, tempat penampungan UNRWA di Jalur Gaza tengah dan selatan saat ini menampung jumlah pengungsi sembilan kali lipat dari kapasitas yang direncanakan.

Pengungsi Palestina terlihat di tempat penampungan sementara di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 18 Desember 2023. (ANTARA/Xinhua/Yasser Qudih)