Eksponen aktivis tahun '80—'90-an itu menilai konsep dwitunggal bisa dijalankan dengan baik oleh pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) karena sudah matang serta dewasa dalam berpolitik.
"Kalau konsep dwitunggal diterapkan, tidak akan terjadi ketimpangan kekuasaan karena ada fungsi, tugas, dan wewenang yang proporsional," kata dia dalam kegiatan diskusi dengan tema Dwitunggal: Anies-Cak Imin di Jakarta, Kamis.
Pria yang kerap dipanggil Kia itu mencontohkan konsep dwitunggal kepemimpinan pernah dipakai oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta pada saat awal memimpin Indonesia.
Baca juga: Anies akan bawa koneksi transportasi umum ala Jakarta ke daerah
Baca juga: Timnas AMIN optimistis rebut 50 persen suara perempuan
"Jadi, rakyat dan bangsa Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang kuat, bukan pemimpin yang kuat," kata dia dengan tegas.
Ia mengakui konsep dwitunggal memang masih belum kuat secara konstitusi karena undang-undang mengamanatkan wakil presiden hanya membantu presiden dalam menjalankan tugas kenegaraan.
Oleh karena itu, ke depan perlu adanya pembahasan untuk mengatur hal tersebut secara lebih terperinci mengenai tugas pokok, fungsi, dan wewenang wakil presiden sehingga memiliki payung hukum yang jelas.
Selain itu, kata dia, kepemimpinan ke depan juga harus menggunakan pola kabinet zaken atau kabinet yang jajaran menterinya berasal dari orang yang ahli atau mumpuni sesuai dengan bidangnya, serta bukan representasi dari partai politik tertentu.
Hal itu, menurut dia, penting agar lembaga negara atau level eksekutif dipimpin oleh orang yang tepat dan memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi sehingga bisa membuat solusi-solusi yang tidak merugikan masyarakat.