Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2023 secara keseluruhan tetap sehat dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,4 persen sampai dengan defisit 0,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia mendukung tetap terjaganya stabilitas eksternal," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Desember 2023 di Jakarta, Kamis.

Kinerja NPI 2023 tersebut didukung oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan dan aliran masuk modal asing, serta meningkatnya cadangan devisa Indonesia.

Surplus neraca perdagangan berlanjut pada November 2023 sebesar 2,4 miliar dolar AS, didukung oleh ekspor komoditas utama Indonesia, seperti batu bara, besi dan baja, serta minyak dan lemak nabati.

Aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio ke pasar keuangan domestik juga terus berlanjut, di mana net inflows pada triwulan IV hingga 19 Desember 2023 tercatat sebesar 5,1 miliar dolar AS.

Posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2023 naik menjadi 138,1 miliar dolar AS, setara pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Kinerja positif NPI tersebut diproyeksikan berlanjut pada 2024 didukung oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing sejalan dengan prospek perekonomian domestik yang meningkat, serta tetap rendahnya defisit transaksi berjalan dalam kisaran defisit 0,1 persen sampai dengan defisit 0,9 persen dari PDB.

Baca juga: BI catat nilai tukar rupiah menguat 0,37 persen

Baca juga: BI: Transaksi QRIS meningkat 157,43 persen mencapai Rp24,90 triliun

Baca juga: BI perkirakan ekonomi global melambat jadi 2,8 persen pada 2024

Baca juga: BI: Lelang SRBI capai Rp229,95 triliun