Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengungkapkan, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sintang, Kalimantan Barat yang berkapasitas 3×7 Megawatt (MW), menjadi PLTU pertama dan paling lama beroperasi secara kontinyu menggunakan bahan bakar biomassa sejak 14 Desember 2023. “Melanjutkan kisah sukses pada uji coba penggunaan 100 persen biomassa pada Januari 2023, PLTU Sintang berhasil menjadi pembangkit fosil pertama yang mampu beroperasi menggunakan 100 persen bahan bakar cangkang sawit dan cacah kayu (woodchips),” katanya di Jakarta, Rabu.

Dari hasil riset PLTU Sintang, kalori yang dimiliki cangkang sawit sebesar 4.100 kcal/kg lebih tinggi dibandingkan kalori batubara yakni 3.700 kcal/kg. Selain itu untuk kalori bauran biomassa cangkang sawit dan cacah kayu juga masih lebih tinggi yaitu sebesar 3.732 kcal/kg.

“Rencananya PLTU Sintang akan beroperasi penuh menggunakan bahan bakar biomassa secara kontinyu dengan melihat ketersediaan biomassa,” ujar Edwin.

Dia menambahkan, tantangan penggunaan 100 persen biomassa pada PLTU adalah ketersediaan biomassa itu sendiri.

Dalam upaya menjaga ketersediaan pasokan biomassa, PLN IP berkolaborasi dengan subholding PLN Energi Primer Indonesia (EPI) dan pemangku kepentingan setempat.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN berkomitmen mendukung program transisi energi pemerintah sebagai langkah mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global.
“Kami terus melakukan inovasi secara agresif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan meningkatkan EBT. Transisi energi adalah keniscayaan,” kata Darmawan.

Sementara itu, Bupati Kabupaten Sintang Jarot Winarno mengapresiasi dan mendukung penuh upaya PLN Group untuk memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakar pembangkit.

Upaya ini, menurutnya searah dengan kebijakan daerah dalam Peraturan Bupati Sintang Nomor 82 tahun 2022 tentang Pemanfaatan Biomassa Sebagai Sumber EBT.

“Kami sangat mengapresiasi upaya yang telah dilakukan oleh PLN Group dalam mengurangi jumlah limbah kelapa sawit yang diolah menjadi energi listrik. Hal yang terpenting adalah energi bersih, energi hijau kita pelihara,” ungkap Winarno.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang, Edy Harmaini menilai, implementasi cofiring biomassa di PLTU Sintang mendukung ekonomi sirkuler di sekitar area PLTU serta menjadi langkah besar untuk transisi energi.

“Semoga implementasi ini dapat diterapkan lebih luas di daerah Kalimantan Barat secara khusus, dan Indonesia secara umum. Demi terwujudnya lingkungan bersih, langit yang biru dan udara yang terbebas dari polusi,” ucap Harmaini.

Baca juga: PLTU Sintang gunakan 100 persen biomassa, PLN EPI pasok cangkang sawit

Baca juga: Kemenko Marves bersama PLN luncurkan program rantai pasok biomassa

Baca juga: PLN EPI tingkatkan penerapan program co-firing biomassa PLTU