Dari hasil riset PLTU Sintang, kalori yang dimiliki cangkang sawit sebesar 4.100 kcal/kg lebih tinggi dibandingkan kalori batubara yakni 3.700 kcal/kg. Selain itu untuk kalori bauran biomassa cangkang sawit dan cacah kayu juga masih lebih tinggi yaitu sebesar 3.732 kcal/kg.
Dia menambahkan, tantangan penggunaan 100 persen biomassa pada PLTU adalah ketersediaan biomassa itu sendiri.
Dalam upaya menjaga ketersediaan pasokan biomassa, PLN IP berkolaborasi dengan subholding PLN Energi Primer Indonesia (EPI) dan pemangku kepentingan setempat.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN berkomitmen mendukung program transisi energi pemerintah sebagai langkah mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Sintang Jarot Winarno mengapresiasi dan mendukung penuh upaya PLN Group untuk memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakar pembangkit.
Upaya ini, menurutnya searah dengan kebijakan daerah dalam Peraturan Bupati Sintang Nomor 82 tahun 2022 tentang Pemanfaatan Biomassa Sebagai Sumber EBT.
“Kami sangat mengapresiasi upaya yang telah dilakukan oleh PLN Group dalam mengurangi jumlah limbah kelapa sawit yang diolah menjadi energi listrik. Hal yang terpenting adalah energi bersih, energi hijau kita pelihara,” ungkap Winarno.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang, Edy Harmaini menilai, implementasi cofiring biomassa di PLTU Sintang mendukung ekonomi sirkuler di sekitar area PLTU serta menjadi langkah besar untuk transisi energi.
“Semoga implementasi ini dapat diterapkan lebih luas di daerah Kalimantan Barat secara khusus, dan Indonesia secara umum. Demi terwujudnya lingkungan bersih, langit yang biru dan udara yang terbebas dari polusi,” ucap Harmaini.
Baca juga: PLTU Sintang gunakan 100 persen biomassa, PLN EPI pasok cangkang sawit
Baca juga: Kemenko Marves bersama PLN luncurkan program rantai pasok biomassa
Baca juga: PLN EPI tingkatkan penerapan program co-firing biomassa PLTU