Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan penyaluran kredit oleh bank pembangunan daerah (BPD) masih didominasi oleh kredit konsumer sehingga belum berperan optimal dalam pembangunan daerah.

"Dari total penyaluran kredit BPD sekitar 68,2 persen tersalur ke sektor konsumsi, sementara untuk sektor produktif seperti investasi hanya sekitar 11,7 persen," kata Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah dalam diskusi tentang kiprah bank milik pemerintah daerah dalam kancah nasional di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, hingga kini BPD belum memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memadai dalam penanganan penyaluran kredit produktif sehingga ke depan harus menjadi perhatian BPD.

Halim menyebutkan porsi penyaluran kredit BPD juga masih lebih rendah dibanding dengan bank BUMN maupun bank swasta. Porsi penyaluran kredit oleh BPD baru mencapai 66,2 persen sementara bank BUMN mencapai 69,99 persen dan bank swasta 70 persen.

"Hingga saat ini masih banyak BPD mengelola dana dengan melakukan penempatan antarbank," kata Halim Alamsyah.

Namun menurut dia, porsi penyaluran kredit BPD menunjukkan peningkatan dibanding beberapa tahun sebelumnya terutama didorong oleh adanya ketentuan BI bahwa rasio penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga (DPK) minimal 78 persen.

"Ini mendorong bank meningkatkan penyaluran kredit, kalau tidak bisa mencapai 78 persen, bank akan terkena penalti," kata Halim.

Menurut dia, karakteristik lain BPD adalah sumber dana yang berasal dari pemerintah daerah. Ia menyebutkan rata-rata sebesar 55 persen dana yang dimiliki oleh BPD berasal dari pemerintah daerah.

"Ini menyebabkan penggunaan rekening di BPD menjadi fluktuatif tergantung dari rencana masing-masing daerah," katanya.

Kelemahan lain BPD hingga kini, adalah kemampuan yang lemah dalam bidang teknologi informasi padahal teknologi informasi berperan penting dalam memperluas jaringan usaha.

Mengenai aset, Halim mengungkapkan total aset BPD seluruh Indonesia saat ini mencapai Rp405,3 triliun atau 9,2 persen dibanding total aset perbankan nasional yang mencapai Rp3.418,7 triliun.

"Porsinya cukup besar namun dalam beberapa tahun terakhir peningkatan aset BPD lebih lambat dibanding bank lain," kata Halim.
(A039/I007)