Kairo (ANTARA News) - Serangan aparat keamanan dari tentara dan polisi terus dilancarkan ke Bundaran Rabiah Adawiyah di Kairo tempat aksi unjuk rasa pendukung presiden terguling Mohamed Moursi.

Sudah 120 orang tewas dan lebih seribu orang menderita luka, kata Satuan Medis Lapangan di Bundaran Rabiah kepada ANTARA, Sabtu.

Belum ada laporan resmi dari Kementerian kesehatan, namun menurut dokter di lapangan, korban meninggal akan terus bertambah karena banyak korban luka akibat tembakan peluru tajam.

Serangan diawali dengan penembakan gas air mata pada Sabtu menjelang fajar waktu setempat saat massa sedang menjalankan shalat subuh.

Tembakan gas air mata itu dibalas dengan pelemparan batu oleh massa pendukung Moursi yang menyebut dirinya "Pemuda Siap Mati Syahid".

Pola serangan menjelang fajar tersebut mirip dengan serangan serupa terhadap pendukung Moursi di kompleks Garda Republik di Kairo tiga pekan lalu di saat massa sedang shalat subuh yang menewaskan 61 orang, kata seorang wartawan Mesir.

Serangan dimulai di Jembatan 6 Oktober di Jalan Nasser, sekitar satu kilometer dari titik Bundaran Rabiah.

Bentrokan yang tidak seimbang itu berkecamuk di depan Makam Mendiang Presiden Anwar Saddat di dekat Jembatan 6 Oktober.

Jembatan 6 Oktober adalah jembatan terpanjang di Ibu Kota Mesir melintas dari Kairo timur di Madinat Nasr hingga Dokki di Kairo barat melewati Bundaran Tahrir di pusat kota Kairo.

Ribuan pendukung Moursi sejak Jumat memenuhi Bundaran Rabiah memanjang ke Jalan Nasser hingga Jembatan 6 Oktober.

Banyak wanita dan anak dari Ikhwanul Muslimin juga ikut demi di Bundaran Rabiah tersebut.

Selain di Kairo, bentrokan hebat juga dilaporkan terjadi di Iskandariyah, kota terbesar kedua setelah Kairo.

Media massa setempat melaporkan, sekitar 200 pendukung Moursi masih terperangkap di Masjid Agung Qaid Ibrahim di pusat kota Iskandariyah akibat dikepung aparat kemanan sejak Jumat malam.

Saat berita ini dikirim, tembakan gas air terus dilancarkan, namun serangan itu belum bisa menembus titik Bundaran Rabiah karena para pemuda bergiliran melawan pasukan tentara dan polisi.

Peristiwa tragedi menjelang fajar ini tidak satu pun televisi Mesir menyiarkannya, dan hanya tampak berulang kali tayang ulang aksi demo pendukung tentara pada Jumat.