Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengisyaratkan penyelesaian restrukturisasi utang PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) agar dilakukan dengan cara konversi utang menjadi saham (debt to equity swap) seperti yang pernah dilakukan oleh PT Garuda Indonesia.

"Konversi utang Merpati menjadi saham harus kita perjuangkan. Kalau bisa dikonversi seluruh utangnya, jangan setengah-setengah," kata Dahlan, di Jakarta, Jumat.

Menurut Dahlan, pola konversi utang menjadi saham yang akan ditempuh Merpati, juga pernah dilakukan Garuda.

"Garuda sehat seperti sekarang ini setelah melalui proses panjang restrukturisasi utang. Jadi seharusnya Merpati pun bisa seperti Garuda (sehat) jika diperlakukan sama," kata Dahlan.

Menurut catatan, utang Merpati saat ini telah mencapai sekitar Rp6,5 triliun.

Adapun kewajiban perusahaan penerbangan "platmerah" tersebut antara lain kepada sejumlah korporasi meliputi PT Pertamina, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, serta PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

Selain itu Merpati juga memiliki kewajiban dalam bentuk penerusan pinjaman (subsidiary loan agreement/SLA) kepada pemerintah, dan utang kepada swasta dan kepada para lessor (perusahaan penyewaan pesawat).

Pada akhir Desember 2011 Merpati memperoleh suntikan dana sebesar Rp561 miliar dari APBN. Namun usulan suntikan tambahan sebesar Rp250 miliar pada tahun 2012 tidak terealisasi hingga saat ini.

Menurut Dahlan, PPA sebagai perusahaan yang menangani restrukturisasi utang Merpati sudah ditetapkan melalui surat penugasan dari Kementerian BUMN.

Mantan Dirut PT PLN ini mengatakan, PPA harus dengan cepat menemukan langkah-langkah strategis dalam menyelesaikan Merpati. "Jadi kalau sudah diserahkan ke PPA, apapun keputusan PPA saya setujui," ujarnya.

Sebelumnya Dahlan pernah memunculkan wacana penyelesaian Merpati dengan mengundang investor strategis dengan melepas kepemilikan saham perusahaan itu. Namun menurut Dahlan, hingga kini wacana tersebut masih terbuka meskipun sejauh ini minat investor masih minim.

"Saya sendiri merasa pesimis ada investor yang bersedia masuk ke Merpati, karena kondisi perusahaan yang memang masih kurang bagus," kata Dahlan.