"Psikologis berdampak pada ibu dan bayinya, ibu harus punya suami yang siaga. Jadi kalau periksa ke dokter, kontrol kehamilan itu kalau bisa terus didampingi oleh suaminya," kata Lovely di Jakarta, Jumat.
Pernyataan tersebut disampaikan Lovely saat menghadiri temu media di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita dalam rangka memperingati Hari Prematur Sedunia yang jatuh setiap 17 November.
Baca juga: Kemenkes: Kematian bayi di Indonesia 84 persen akibat lahir prematur
"Di Kemenkes sudah mulai ada skrining kesehatan jiwa, itu ternyata cukup banyak juga yang mengalami masalah kejiwaan di kalangan pegawai Kemenkes. Ini yang sedang kami kembangkan, kami berupaya hadir juga di lingkungan kesehatan jiwa, dan kami kembangkan konsepnya," ucap Lovely.
Selain masalah kejiwaan, Lovely juga menekankan pentingnya deteksi dan tata laksana dini faktor risiko selama kehamilan, yang menjadi salah satu kunci pencegahan prematuritas dan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Baca juga: Kemenkes: Tablet tambah darah cegah bayi lahir prematur dan stunting
"Dua diantaranya yaitu pemeriksaan di trimester pertama dan trimester ketiga dilakukan di dokter, agar ibu mendapatkan pemeriksaan secara komprehensif untuk mendeteksi faktor risiko komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan atau penyakit penyerta lainnya," kata Lovely.
Baca juga: Ibu hamil harus jauhkan rasa khawatir