Korlantas: Rekayasa lalu lintas Natal-Tahun Baru berdasarkan kajian
15 Desember 2023 22:05 WIB
Tangkapan layar- Kepala Bagian Operasi (Kabagops) Korlantas Polri Kombes Pol. Eddy Djunaedi menjadi narasumber dalam konferensi pers persiapan Natal dan Tahun Baru 2024 yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk Skema Pengaturan Jalan Nataru dan Kesiapan Jalan Alternatif dan Tol yang berlangsung secara daring dipantau dari Jakarta, Jumat (15/12/2023). ANTARA/Laily Rahmawaty/am.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia(Korlantas) Polri Kombes Pol. Eddy Djunaedi menyebut rencana rekayasa lalu lintas yang akan diberlakukan saat musim libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 sudah berdasarkan kajian.
"Jadi penerapan rekayasa lalu lintas tidak hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman pengamanan yang sudah dilakukan tahun-tahun kemarin, tetapi kita sudah ada hitungannya," kata Eddy dalam konferensi pers persiapan Natal dan Tahun Baru 2024 yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk Skema Pengaturan Jalan Nataru dan Kesiapan Jalan Alternatif dan Tol yang berlangsung secara daring dipantau di Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan, Korlantas Polri bersama pengelola jalan tol melakukan perhitungan terkait Volume Capacity Ratio (VCR), yakni metode untuk membandingkan antara volume kendaraan dengan kapasitas jalan.
Dengan VCR ini, akan menjadi panduan bagi petugas lalu lintas untuk memberlakukan skema-skema rekayasa lalu lintas, apakah sistem buka tutup, sistem satu arah, atau contra flow satu jalur, dua jalur, atau tiga jalur.
"Bagaimana kami menghitung dengan volume capacity ratio kami koordinasi dengan operator yang ada di jalan tol, alatnya traffic countingnya juga sudah tersebar di penggalan-penggalan jalan tol sehingga kami bisa menghitung volume capacity ratio yang ada di penggalan-penggalan jalan tersebut," ujarnya.
Selain perhitungan VCR, indikator lain yang digunakan petugas lalu lintas untuk menerapkan rekayasa lalu lintas saat mudik Natal dan Tahun Baru, yakni pemantauan lewat CCTV yang terkoneksi.
"Berikutnya kami melihat dari CCTV yang ada, pos terpadu kami nanti ada di KM 29. Nanti di sana kami bisa melihat semuanya CCTV yang tergelar, baik yang ada di jalur tol maupun non tol, termasuk juga yang ada di pelabuhan, bisa kami pantau secara langsung." ujarnya.
Selain CCTV dan VCR, indikator lain yang digunakan petugas untuk menerapkan rekayasa lalu lintas adalah pemantauan langsung," katanya.
Dari ketiga parameter itulah, kata Eddy, Polri nanti menentukan rekayasa apa yang harus dilakukan, apakah buka tutup, contraflow satu lajur, dua lajur, atau tiga lajur, sampai dengan nanti melakukan one way, itu sangat situasional, kita menghitung secara detil bagaimana VCR akan muncul," katanya.
Hitungan VCR digunakan bila menunjukkan angka 9, maka perlu dilakukan rekayasa lalu lintas.
"Mudah-mudahan VCR tidak sampai di angka 9, mudah-mudahan bisa terkendali di angka 6 atau 7, sehingga pergerakan arus kendaraan bisa terkendali," kata Eddy.
Baca juga: Polri maksimalkan tilang elektronik saat libur Natal dan tahun baru
Baca juga: Polri siapkan 3 skema rekayasa lalu lintas Natal Tahun Baru
Baca juga: 129.923 personel amankan arus lalu lintas Natal dan Tahun Baru 2024
"Jadi penerapan rekayasa lalu lintas tidak hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman pengamanan yang sudah dilakukan tahun-tahun kemarin, tetapi kita sudah ada hitungannya," kata Eddy dalam konferensi pers persiapan Natal dan Tahun Baru 2024 yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk Skema Pengaturan Jalan Nataru dan Kesiapan Jalan Alternatif dan Tol yang berlangsung secara daring dipantau di Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan, Korlantas Polri bersama pengelola jalan tol melakukan perhitungan terkait Volume Capacity Ratio (VCR), yakni metode untuk membandingkan antara volume kendaraan dengan kapasitas jalan.
Dengan VCR ini, akan menjadi panduan bagi petugas lalu lintas untuk memberlakukan skema-skema rekayasa lalu lintas, apakah sistem buka tutup, sistem satu arah, atau contra flow satu jalur, dua jalur, atau tiga jalur.
"Bagaimana kami menghitung dengan volume capacity ratio kami koordinasi dengan operator yang ada di jalan tol, alatnya traffic countingnya juga sudah tersebar di penggalan-penggalan jalan tol sehingga kami bisa menghitung volume capacity ratio yang ada di penggalan-penggalan jalan tersebut," ujarnya.
Selain perhitungan VCR, indikator lain yang digunakan petugas lalu lintas untuk menerapkan rekayasa lalu lintas saat mudik Natal dan Tahun Baru, yakni pemantauan lewat CCTV yang terkoneksi.
"Berikutnya kami melihat dari CCTV yang ada, pos terpadu kami nanti ada di KM 29. Nanti di sana kami bisa melihat semuanya CCTV yang tergelar, baik yang ada di jalur tol maupun non tol, termasuk juga yang ada di pelabuhan, bisa kami pantau secara langsung." ujarnya.
Selain CCTV dan VCR, indikator lain yang digunakan petugas untuk menerapkan rekayasa lalu lintas adalah pemantauan langsung," katanya.
Dari ketiga parameter itulah, kata Eddy, Polri nanti menentukan rekayasa apa yang harus dilakukan, apakah buka tutup, contraflow satu lajur, dua lajur, atau tiga lajur, sampai dengan nanti melakukan one way, itu sangat situasional, kita menghitung secara detil bagaimana VCR akan muncul," katanya.
Hitungan VCR digunakan bila menunjukkan angka 9, maka perlu dilakukan rekayasa lalu lintas.
"Mudah-mudahan VCR tidak sampai di angka 9, mudah-mudahan bisa terkendali di angka 6 atau 7, sehingga pergerakan arus kendaraan bisa terkendali," kata Eddy.
Baca juga: Polri maksimalkan tilang elektronik saat libur Natal dan tahun baru
Baca juga: Polri siapkan 3 skema rekayasa lalu lintas Natal Tahun Baru
Baca juga: 129.923 personel amankan arus lalu lintas Natal dan Tahun Baru 2024
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023
Tags: