Riset: Pemilu 2024 diperkirakan tidak memengaruhi finansial individu
15 Desember 2023 10:13 WIB
Ketua KPU Hasyim Asy'ari (kedua kiri) didampingi Ketua KPU Provinsi Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan (kiri) meninjau aktivitas pelipatan surat suara Pemilu 2024 di Gudang Logistik KPU Denpasar, Bali, Rabu (13/12/2023) malam. Sidak Ketua KPU ke gudang logistik Kota Denpasar tersebut untuk mengecek kesiapan surat suara dan logistik Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra WibowoSpt/pri.
Jakarta (ANTARA) - Riset dari salah satu perusahaan pembiayaan berbasis teknologi di Indonesia mengungkapkan mayoritas responden memperkirakan momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tidak akan mempengaruhi kondisi finansial individu.
"Riset ini mengungkapkan bahwa 83 persen responden memperkirakan momen Pemilu 2024 tidak akan berdampak terhadap kondisi finansial individu," kata Chief Marketing and Digital Officer Home Credit Sheldon Chuan di Jakarta, Jumat.
Riset yang dilakukan Home Credit pada November 2023 dengan melibatkan lebih dari 2.000 responden itu, menunjukkan 10 persen responden memperkirakan kondisi finansial membaik dan tujuh persen memperkirakan kondisi finansial menurun.
Baca juga: Menkes harap perusahaan teknologi buka pusat riset kesehatan
Dalam riset yang sama terungkap bahwa 37 persen responden memiliki rencana pada 2024 untuk membuka usaha baru atau mengembangkan bisnis yang telah dimiliki, dan 15 persen responden berencana membeli perangkat seperti smartphone atau gadget.
Sebanyak13 persen responden memilih liburan ke luar kota, 11 persen berencana membeli peralatan elektronik rumah tangga, 10 persen responden ingin membeli furnitur hingga delapan persen responden akan membeli laptop atau komputer.
Dalam memenuhi berbagai kebutuhan tersebut, masyarakat menyiapkan berbagai sumber dana yang bervariasi. Untuk pembelian smartphone, misalnya, responden memilih untuk menggunakan gaji bulanan (62 persen), lalu pembiayaan barang (36 persen), dan tabungan (25 persen).
Pilihan sumber dana yang hampir sama juga digunakan oleh responden untuk membeli berbagai kebutuhan lainnya seperti peralatan elektronik rumah tangga, furnitur hingga laptop atau komputer. Pembiayaan barang menjadi salah satu pilihan teratas ketika membeli berbagai barang tersebut.
Sumber dana yang akan dipilih oleh responden di 2024 sesuai dengan kondisi dan tujuan keuangan mereka. Salah satu responden di antaranya mengungkapkan bahwa layanan pembiayaan barang dengan metode cicilan untuk pembelian barang dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatur arus kas keuangan pribadi dalam memenuhi kebutuhan lain.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memaparkan dampak pemilihan umum (pemilu) terhadap perekonomian nasional, salah satunya adalah terhadap pola investasi nasional.
Baca juga: BRIN buka kesempatan untuk jadi wadah riset inovasi talenta fintech
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Erwindo Kolopaking menyebut bahwa ekspansi investasi akan tinggi menjelang akhir 2023 atau sebelum pemilu dimulai pada Februari 2024.
Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memproyeksikan pemilihan umum atau pemilu serentak yang berlangsung tahun depan berpotensi mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan lembaga non-profit rumah tangga secara signifikan.
"Pemilu 2024 berpotensi memiliki dampak yang lebih besar dari pemilu sebelumnya, akibat penyelenggaraan pesta demokrasi dilakukan secara bersamaan," kata Kepala Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Zamroni Salim saat ditemui di Jakarta, Kamis (7/12).
"Riset ini mengungkapkan bahwa 83 persen responden memperkirakan momen Pemilu 2024 tidak akan berdampak terhadap kondisi finansial individu," kata Chief Marketing and Digital Officer Home Credit Sheldon Chuan di Jakarta, Jumat.
Riset yang dilakukan Home Credit pada November 2023 dengan melibatkan lebih dari 2.000 responden itu, menunjukkan 10 persen responden memperkirakan kondisi finansial membaik dan tujuh persen memperkirakan kondisi finansial menurun.
Baca juga: Menkes harap perusahaan teknologi buka pusat riset kesehatan
Dalam riset yang sama terungkap bahwa 37 persen responden memiliki rencana pada 2024 untuk membuka usaha baru atau mengembangkan bisnis yang telah dimiliki, dan 15 persen responden berencana membeli perangkat seperti smartphone atau gadget.
Sebanyak13 persen responden memilih liburan ke luar kota, 11 persen berencana membeli peralatan elektronik rumah tangga, 10 persen responden ingin membeli furnitur hingga delapan persen responden akan membeli laptop atau komputer.
Dalam memenuhi berbagai kebutuhan tersebut, masyarakat menyiapkan berbagai sumber dana yang bervariasi. Untuk pembelian smartphone, misalnya, responden memilih untuk menggunakan gaji bulanan (62 persen), lalu pembiayaan barang (36 persen), dan tabungan (25 persen).
Pilihan sumber dana yang hampir sama juga digunakan oleh responden untuk membeli berbagai kebutuhan lainnya seperti peralatan elektronik rumah tangga, furnitur hingga laptop atau komputer. Pembiayaan barang menjadi salah satu pilihan teratas ketika membeli berbagai barang tersebut.
Sumber dana yang akan dipilih oleh responden di 2024 sesuai dengan kondisi dan tujuan keuangan mereka. Salah satu responden di antaranya mengungkapkan bahwa layanan pembiayaan barang dengan metode cicilan untuk pembelian barang dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatur arus kas keuangan pribadi dalam memenuhi kebutuhan lain.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memaparkan dampak pemilihan umum (pemilu) terhadap perekonomian nasional, salah satunya adalah terhadap pola investasi nasional.
Baca juga: BRIN buka kesempatan untuk jadi wadah riset inovasi talenta fintech
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Erwindo Kolopaking menyebut bahwa ekspansi investasi akan tinggi menjelang akhir 2023 atau sebelum pemilu dimulai pada Februari 2024.
Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memproyeksikan pemilihan umum atau pemilu serentak yang berlangsung tahun depan berpotensi mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan lembaga non-profit rumah tangga secara signifikan.
"Pemilu 2024 berpotensi memiliki dampak yang lebih besar dari pemilu sebelumnya, akibat penyelenggaraan pesta demokrasi dilakukan secara bersamaan," kata Kepala Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Zamroni Salim saat ditemui di Jakarta, Kamis (7/12).
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: