ADB pertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI di 5 persen
14 Desember 2023 14:12 WIB
Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga dalam media briefing akhir tahun ADB di Indonesia, Jakarta, Kamis (14/12/2023). (ANTARA/Agatha Olivia Victoria)
Jakarta (ANTARA) - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 di level 5 persen dalam Asian Development Outlook (ADO) Desember 2023 karena permintaan domestik semakin berperan sebagai pendorong pertumbuhan.
"Tingkat pertumbuhan 5 persen ini cukup besar di tengah semua hal yang terjadi di global," kata Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga dalam media briefing akhir tahun ADB di Indonesia, Jakarta, Kamis.
Jiro menyampaikan, permintaan domestik telah mengambil alih dari peran ekspor komoditas sebagai pendorong pertumbuhan. Ketika lonjakan ekspor mulai berkurang, kontribusi permintaan domestik terhadap pertumbuhan kembali seperti sebelum pandemi COVID-19.
Ke depan, normalisasi penuh dari mobilitas dan daya beli yang lebih tinggi, dengan inflasi yang lebih rendah akan memicu kembalinya belanja.
Dia berpendapat, Indonesia dengan cepat pulih dari pandemi. Pertumbuhan rata-rata Indonesia tercatat sebesar 5,3 persen selama 2011–2019, sebelum turun sebesar 2,1 persen pada 2020 karena COVID-19.
Berkat kebijakan makroekonomi pemerintah yang tepat waktu, tepat, dan berani, PDB Indonesia tumbuh sebesar 3,7 persen pada 2021 dan 5,3 persen pada 2022. Selain itu, Indonesia mendapatkan kembali status ekonomi berpendapatan menengah atas, berdasarkan perkiraan Bank Dunia mengenai pendapatan nasional bruto nominal per kapita pada 2022.
Jiro mengatakan tugas Indonesia pascapandemi yakni meningkatkan pertumbuhan melebihi 6 persen. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) memperkirakan agar Indonesia bisa menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045, PDB harus meningkat setidaknya persen setiap tahunnya.
"Hal ini merupakan salah satu tantangan dalam jangka menengah ke depan," ucap dia.
Maka dari itu, ia menilai Indonesia membutuhkan reformasi struktural yang berkelanjutan untuk mendorong pengembangan dan produktivitas sumber daya manusia, memperbaiki lingkungan bisnis, serta reindustrialisasi sektor manufaktur dapat meningkatkan potensi pertumbuhan.
Di sisi lain, kata dia, tingkat inflasi Indonesia kembali ke kisaran sasaran. Lantaran guncangan harga komoditas pada 2022 mereda, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) umum turun dengan stabil dan berada pada kisaran target 2 persen hingga 4 persen sejak Mei 2023.
Untuk keseluruhan tahun ini, ADB memproyeksikan inflasi domestik rata-rata mencapai sebesar 3,6 persen, dengan asumsi tidak ada guncangan harga global.
"Tingkat pertumbuhan 5 persen ini cukup besar di tengah semua hal yang terjadi di global," kata Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga dalam media briefing akhir tahun ADB di Indonesia, Jakarta, Kamis.
Jiro menyampaikan, permintaan domestik telah mengambil alih dari peran ekspor komoditas sebagai pendorong pertumbuhan. Ketika lonjakan ekspor mulai berkurang, kontribusi permintaan domestik terhadap pertumbuhan kembali seperti sebelum pandemi COVID-19.
Ke depan, normalisasi penuh dari mobilitas dan daya beli yang lebih tinggi, dengan inflasi yang lebih rendah akan memicu kembalinya belanja.
Dia berpendapat, Indonesia dengan cepat pulih dari pandemi. Pertumbuhan rata-rata Indonesia tercatat sebesar 5,3 persen selama 2011–2019, sebelum turun sebesar 2,1 persen pada 2020 karena COVID-19.
Berkat kebijakan makroekonomi pemerintah yang tepat waktu, tepat, dan berani, PDB Indonesia tumbuh sebesar 3,7 persen pada 2021 dan 5,3 persen pada 2022. Selain itu, Indonesia mendapatkan kembali status ekonomi berpendapatan menengah atas, berdasarkan perkiraan Bank Dunia mengenai pendapatan nasional bruto nominal per kapita pada 2022.
Jiro mengatakan tugas Indonesia pascapandemi yakni meningkatkan pertumbuhan melebihi 6 persen. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) memperkirakan agar Indonesia bisa menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045, PDB harus meningkat setidaknya persen setiap tahunnya.
"Hal ini merupakan salah satu tantangan dalam jangka menengah ke depan," ucap dia.
Maka dari itu, ia menilai Indonesia membutuhkan reformasi struktural yang berkelanjutan untuk mendorong pengembangan dan produktivitas sumber daya manusia, memperbaiki lingkungan bisnis, serta reindustrialisasi sektor manufaktur dapat meningkatkan potensi pertumbuhan.
Di sisi lain, kata dia, tingkat inflasi Indonesia kembali ke kisaran sasaran. Lantaran guncangan harga komoditas pada 2022 mereda, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) umum turun dengan stabil dan berada pada kisaran target 2 persen hingga 4 persen sejak Mei 2023.
Untuk keseluruhan tahun ini, ADB memproyeksikan inflasi domestik rata-rata mencapai sebesar 3,6 persen, dengan asumsi tidak ada guncangan harga global.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023
Tags: