Washington (ANTARA News) - Melewatkan sarapan ternyata menimbulkan persoalan yang tidak sepele, karena orang jadi memiliki risiko lebih tinggi terkena serangan jantung koroner fatal.
Sebuah penelitian yang dirilis jurnal Circulation Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menganalisa data kuisioner mengenai frekuensi makan dan merunut kondisi kesehatan setelahnya dari 26.000 laki-laki usia 45 hingga 82, selama 16 tahun, dan selama itu hampir sebanyak 1.600 mengalami serangan jantung untuk pertama kalinya.
Mereka yang sering melewatkan sarapan memiliki risiko terkena serangan jantung atau meninggal karena penyakit jantung koroner 27 persen lebih tinggi dibanding yang tidak.
Studi mencatat, mereka yang jarang sarapan cenderung lebih muda dan kemungkinan perokok, bekerja full-time, belum menikah, kurang aktif secara fisik, dan minum lebih banyak alkohol.
"Melewatkan sarapan bisa menyebabkan satu atau lebih risiko kesehatan, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes, yang pada gilirannya sering dapat menyebabkan serangan jantung," kata ketua studi sekaligus peneliti post-doktoral di Harvard School of Public Health, Leah Cahill.
Pria yang sarapan rata-rata akan makan sekali lagi per hari dibandingkan mereka yang melewatkan sarapan. Menurut para peneliti, hal ini menunjukkan bahwa mereka yang melewatkan sarapan tidak makan makanan tambahan kemudian hari.
Sementara ada beberapa tumpang tindih antara mereka yang melewatkan sarapan dan mereka yang makan larut malam, 76 persen mereka yang sering makan larut malam adalah mereka yang sering sarapan.
Dalam penelitian juga diungkap bahwa mereka yang makan setelah tidur malam memiliki 55 persen risiko terkena penyakit jantung koroner dibanding mereka yang tidak. Namun para peneliti masih kurang yakin ini merupakan masalah utama kesehatan publik karena dalam studi sedikit sekali yang menunjukkan perilaku seperti itu.
Studi tersebut mengumpulkan data kuisioner menyeluruh dari para partisipan dan mempertimbangkan banyak faktor penting seperti perilaku menonton TV, aktivitas fisik, waktu tidur, kualitas asupan makanan, konsumsi alkohol, riwayat medis, indeks massa tubuh, dan faktor-faktor sosial seperti apakah orang itu bekerja full-time, sudah menikah, pergi ke dokter secara teratur untuk pemeriksaan fisik, atau perokok saat ini atau di masa lalu.
Meski kelompok yang diteliti dalam studi ini terdiri dari 97 persen laki-laki keturunan Eropa kulit putih, hasilnya juga berlaku untuk perempuan dan kelompok etnis lainnya, tetapi hal ini harus diuji dalam studi tambahan, kata para peneliti.
"Jangan melewatkan sarapan," kata Cahill. "Sarapan bisa mengurangi risiko serangan jantung."
"Makan berbagai jenis makanan sehat saat sarapan adalah cara mudah untuk memastikan makanan Anda memberikan energi yang cukup dan keseimbangan nutrisi yang sehat," demikian Cahill dikutip Xinhua.
Jarang sarapan ternyata memicu serangan jantung
24 Juli 2013 07:47 WIB
Ilustrasi Serangan Jantung (Grafis)
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: