Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Perguruan Tinggi Islam dalam negeri terus meningkatkan mutu agar mahasiswa Indonesia tidak memilih belajar di luar negeri dan terjebak di sekolah-sekolah beraliran keras yang dapat memicu radikalisme.
Hal itu disampaikan oleh Presiden Yudhoyono dalam sambutannya--yang menyoroti keberadaan sekolah-sekolah beraliran keras di luar negeri--saat menerima Forum Rektor Perguruan Tinggi Islam di Istana Negara di Jakarta Selasa.
"Saya pernah berkunjung ke Pakistan, ada perguruan-perguruan di sana yang diikuti oleh anak-anak kita termasuk pondok pesantren, banyak yang bagus tapi ada yang keras," katanya.
Kemudian, kata Presiden, ketika Yaman bergolak beberapa tahun lalu diperoleh laporan jika ada sebagian mahasiswa Indonesia yang belajar di sekolah beraliran keras ikut dalam pertempuran.
"Sedih sekali saya, mestinya mereka belajar Islam, jangan ikut-ikutan politik di negara itu, dengan demikian kita mendapatkan ilmunya dan tidak membawa keburukan-keburukan di negara itu," katanya.
Untuk mencegah terulangnya hal itu, Presiden mengaku telah meminta agar aparat terkait lebih selektif dalam memberikan visa bagi pihak-pihak yang akan belajar ke luar negeri.
Menurut Presiden, sekolah yang sangat ekstrim di luar negeri berpeluang "memproduksi ekstrimisme baru di Indonesia". Perilaku seperti itu, tambah Presiden, akan membuat sedih orang tua di tanah air yang berharap anak-anaknya menjadi cendekiawan muslim atau ulama terkemuka suatu hari nanti.
"Orang tuanya berharap sekolah di luar negeri menjadi cendekiawan muslim, ilmunya bertambah, ...tiba-tiba yang dibawa ekstrimitas, perilaku-perilaku seperti itu, menangislah bapak ibunya, apalagi menjadi pembom bunuh diri," katanya.
Oleh karena itu, Presiden kembali mendesak para pemimpin Perguruan Tinggi Islam di Indonesia untuk meningkatkan kualitasnya dan turut aktif memerangi radikalisme.
"Selamatkan mereka, caranya dengan meningkatkan kualitas perguruan yang bapak bimbing supaya mereka tidak bersekolah di luar," ujarnya.
Kepala Negara menggarisbawahi keperluan untuk berjuang di jalan Islam tanpa kemungkaran. Ia merujuk pada sejumlah aksi bom bunuh diri.
"Selamatkanlah anak-anak kita untuk tidak masuk ke daerah itu, membunuh dirinya sendiri, membunuh saudara-saudaranya," katanya.
Turut mendampingi Presiden dalam pertemuan itu antara lain Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Menteri Agama Suryadharma Ali, dan Seskab Dipo Alam.
Presiden minta sekolah Islam bantu cegah radikalisme
23 Juli 2013 13:43 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (ANTARA/Andika Wahyu)
Pewarta: GNC Aryani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
Tags: