Akademisi UB kembangkan sistem mitigasi kecelakaan di perlintasan KA
12 Desember 2023 18:05 WIB
Akademisi Universitas Brawijaya Profesor Sugiono ST MT Ph D menunjukkan sistem keselamatan di perlintasan kereta api melalui aplikasi Double Awareness Driving (DAD), di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (12/12/2023). ANTARA/Vicki Febrianto.
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Akademisi Universitas Brawijaya Profesor Sugiono ST MT Ph D mengembangkan sistem mitigasi kecelakaan pada perlintasan kereta api dengan mengembangkan aplikasi Double Awareness Driving (DAD) dalam bentuk peta visual dan audio.
Prof Sugiono di Kota Malang Jawa Timur Selasa kepada ANTARA mengatakan bahwa pengembangan aplikasi DAD tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keamanan para pengendara kendaraan bermotor, termasuk masinis saat melintas di perlintasan.
"Kita ingin membangun kesadaran itu dalam dua arah. Selama ini, solusi itu, kalau boleh saya bilang, sifatnya masih parsial," kata Sugiono.
Sugiono menjelaskan, dalam aplikasi tersebut, pada tahap pertama dikembangkan sistem peringatan dini bagi pengendara kendaraan bermotor dan masyarakat pada saat melintasi perlintasan kereta api, khususnya tanpa palang pintu.
Menurutnya, aplikasi tersebut, memiliki cara kerja seperti Google Maps namun dilengkapi dengan titik-titik perlintasan kereta api.
Pada saat seseorang akan melakukan perjalanan dari titik awal ke tujuan, diberikan informasi pada saat melewati perlintasan kereta api.
"Misal dari titik A ke titik B, akan keluar alternatif lintasan terbaik. Pada saat itu, pengguna aplikasi akan mendapatkan informasi bahwa ia akan melewati satu atau lebih perlintasan kereta api," kata profesor pada bidang Ilmu Ergonomi Transportasi Fakultas Teknik tersebut.
Dengan adanya informasi yang diterima oleh pengendara kendaraan bermotor tersebut, lanjutnya, akan memberikan kesadaran bahwa harus berhati-hati pada saat melewati lintasan kereta api tersebut.
Pada aplikasi DAD tersebut, menurutnya, juga berfungsi pada saat pengguna melintasi perlintasan kereta api tanpa palang pintu.
Selain informasi awal yang diberikan pada saat pengguna akan melakukan perjalanan, aplikasi tersebut juga berproses secara real time.
Ia menambahkan, pada saat pengguna mendekati perlintasan kereta api, akan muncul tanda peringatan untuk meningkatkan kesadaran pengendara. Peringatan tersebut, muncul dari jarak kurang lebih 500 meter sebelum perlintasan kereta api.
"Ini secara real time. Jadi, 500 meter sebelum perlintasan, itu masih hijau. Kemudian, 500-100 meter saat mendekati perlintasan akan menjadi kuning, dan saat 100 meter, akan merah serta berbunyi. Ini untuk meningkatkan kesadaran agar berhati-hati saat melintas" katanya.
Dalam pengembangan jangka panjang atau tahapan berikutnya, aplikasi tersebut tidak hanya menjadi sarana peningkatan kewaspadaan bagi pengendara kendaraan bermotor. Ke depan, sistem serupa juga diharapkan bisa diterapkan bagi para masinis kereta api.
"Aplikasi ini dibuat untuk menyempurnakan solusi yang ada, yang hanya fokus pada area perlintasan. Sementara pengendara dan masinis belum dilibatkan secara komprehensif," katanya.
Menurutnya, masinis yang mengoperasikan kereta api, akan mendapatkan informasi terkait perlintasan yang akan dilewatinya. Selama ini, masinis hanya berpegang pada perintah atau lampu sinyal pada saat akan melintasi perlintasan.
"Masinis juga butuh informasi. Karena seringkali masinis itu berpatokan pada tugasnya, pada sinyal. Jadi dengan DAD, masinis bisa melakukan atau mengambil keputusan saat kondisinya berbahaya," katanya.
Saat ini aplikasi tersebut dalam proses pembuatan paten, yang ke depan akan ditawarkan kepada Google, yang diharapkan bisa disatukan dengan aplikasi Google Maps. Dengan penggunaan aplikasi tersebut, memiliki tujuan akhir untuk membentuk Early Warning System.
"Kita akan patenkan dulu, kalau sudah selesai kita akan tawarkan ke Google Maps. Jika bekerja sama dengan Google Maps, itu akan lebih mudah karena sudah menggunakan satelit, sehingga dengan kondisi tidak ada jaringan internet sudah oke," katanya.
Berdasarkan catatan Universitas Brawijaya, di Indonesia ada sebanyak 2.259 perlintasan tanpa palang pintu atau tanpa petugas. Pada 2022, jumlah kecelakaan yang terjadi di perlintasan kereta api sebidang mencapai 289 kejadian.
Dengan data tersebut, bisa diartikan bahwa ada sebanyak 6,02 kejadian setiap minggunya. Sebanyak 87 persen atau sekitar 251 kecelakaan, terjadi pada perlintasan tanpa petugas. DAD tersebut, diharapkan bisa menjadi salah satu upaya untuk menekan angka kecelakaan itu.
Prof Sugiono di Kota Malang Jawa Timur Selasa kepada ANTARA mengatakan bahwa pengembangan aplikasi DAD tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keamanan para pengendara kendaraan bermotor, termasuk masinis saat melintas di perlintasan.
"Kita ingin membangun kesadaran itu dalam dua arah. Selama ini, solusi itu, kalau boleh saya bilang, sifatnya masih parsial," kata Sugiono.
Sugiono menjelaskan, dalam aplikasi tersebut, pada tahap pertama dikembangkan sistem peringatan dini bagi pengendara kendaraan bermotor dan masyarakat pada saat melintasi perlintasan kereta api, khususnya tanpa palang pintu.
Menurutnya, aplikasi tersebut, memiliki cara kerja seperti Google Maps namun dilengkapi dengan titik-titik perlintasan kereta api.
Pada saat seseorang akan melakukan perjalanan dari titik awal ke tujuan, diberikan informasi pada saat melewati perlintasan kereta api.
"Misal dari titik A ke titik B, akan keluar alternatif lintasan terbaik. Pada saat itu, pengguna aplikasi akan mendapatkan informasi bahwa ia akan melewati satu atau lebih perlintasan kereta api," kata profesor pada bidang Ilmu Ergonomi Transportasi Fakultas Teknik tersebut.
Dengan adanya informasi yang diterima oleh pengendara kendaraan bermotor tersebut, lanjutnya, akan memberikan kesadaran bahwa harus berhati-hati pada saat melewati lintasan kereta api tersebut.
Pada aplikasi DAD tersebut, menurutnya, juga berfungsi pada saat pengguna melintasi perlintasan kereta api tanpa palang pintu.
Selain informasi awal yang diberikan pada saat pengguna akan melakukan perjalanan, aplikasi tersebut juga berproses secara real time.
Ia menambahkan, pada saat pengguna mendekati perlintasan kereta api, akan muncul tanda peringatan untuk meningkatkan kesadaran pengendara. Peringatan tersebut, muncul dari jarak kurang lebih 500 meter sebelum perlintasan kereta api.
"Ini secara real time. Jadi, 500 meter sebelum perlintasan, itu masih hijau. Kemudian, 500-100 meter saat mendekati perlintasan akan menjadi kuning, dan saat 100 meter, akan merah serta berbunyi. Ini untuk meningkatkan kesadaran agar berhati-hati saat melintas" katanya.
Dalam pengembangan jangka panjang atau tahapan berikutnya, aplikasi tersebut tidak hanya menjadi sarana peningkatan kewaspadaan bagi pengendara kendaraan bermotor. Ke depan, sistem serupa juga diharapkan bisa diterapkan bagi para masinis kereta api.
"Aplikasi ini dibuat untuk menyempurnakan solusi yang ada, yang hanya fokus pada area perlintasan. Sementara pengendara dan masinis belum dilibatkan secara komprehensif," katanya.
Menurutnya, masinis yang mengoperasikan kereta api, akan mendapatkan informasi terkait perlintasan yang akan dilewatinya. Selama ini, masinis hanya berpegang pada perintah atau lampu sinyal pada saat akan melintasi perlintasan.
"Masinis juga butuh informasi. Karena seringkali masinis itu berpatokan pada tugasnya, pada sinyal. Jadi dengan DAD, masinis bisa melakukan atau mengambil keputusan saat kondisinya berbahaya," katanya.
Saat ini aplikasi tersebut dalam proses pembuatan paten, yang ke depan akan ditawarkan kepada Google, yang diharapkan bisa disatukan dengan aplikasi Google Maps. Dengan penggunaan aplikasi tersebut, memiliki tujuan akhir untuk membentuk Early Warning System.
"Kita akan patenkan dulu, kalau sudah selesai kita akan tawarkan ke Google Maps. Jika bekerja sama dengan Google Maps, itu akan lebih mudah karena sudah menggunakan satelit, sehingga dengan kondisi tidak ada jaringan internet sudah oke," katanya.
Berdasarkan catatan Universitas Brawijaya, di Indonesia ada sebanyak 2.259 perlintasan tanpa palang pintu atau tanpa petugas. Pada 2022, jumlah kecelakaan yang terjadi di perlintasan kereta api sebidang mencapai 289 kejadian.
Dengan data tersebut, bisa diartikan bahwa ada sebanyak 6,02 kejadian setiap minggunya. Sebanyak 87 persen atau sekitar 251 kecelakaan, terjadi pada perlintasan tanpa petugas. DAD tersebut, diharapkan bisa menjadi salah satu upaya untuk menekan angka kecelakaan itu.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2023
Tags: