Jakarta (ANTARA News) - Jumlah titik api di Riau terus mengalami kenaikan menjadi 173 titik berdasarkan pantauan satelit NOAA-18, kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho.

"Titik api ini tersebar di Rokan Hilir 69 titik, Bengkalis 41 titik, Rokan Hulu 9 titik, Siak 20 titik, Dumai 12 titik dan masing-masing satu titik di Kampar, Pelalawan dan Kepulauan Meranti," kata Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Senin.

Akibatnya, lanjut Sutopo, kabut asap menyelimuti Riau hingga menurunkan jarak pandang di Riau. Jarak pandang di Bandara Pekanbaru hanya 70 meter dan di Dumai 800 m, pada Senin.

Sutopo mengatakan, kondisi ini menyebabkan gangguan kedatangan dan keberangkatan pesawat dari dan ke Pekanbaru dengan kondisi kualitas udara juga mulai menurun.

"Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau melaporkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang diukur pada sekitar jam 08.00 WIB di beberapa kota adalah Rumbai 619 psi, Minas 247 psi, Duri Camp 164 psi, dan Duri Field 292 psi. Artinya sudah tidak sehat. Bahkan ISPU di Malaysia juga mengalami kenaikan," kata Sutopo.

Sutopo mengemukakan, untuk mengantisipasi bencana asap tersebut, dua pesawat Hercules C-130 dan empat pesawat Casa untuk operasi teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan dikerahkan.

"Operasi water bombing terus dilaksanakan dengan tiga helikopter Bolco BNPB, dan satu helikopter Sikorsky yang mampu mengangkut air 4.500 liter untuk dijatuhkan dititik api di Riau. Peralatan dan personel untuk TNI juga disiagakan untuk dikerahkan jika kondisi membutuhkan," kata Sutopo.

Sutopo mengatakan, kunci utama antisipasi bencana asap adalah implementasi peraturan-peraturan terkait dengan pencegahan kebakaran lahan dan hutan.

"Peran Pemda, Kemenhut, Kementan dan KLH harus di depan dalam antisipasi tersebut. Penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri, Kejaksaan, PPNS (Kemenhut, Kementan, KLH). Jika tidak maka pembakaran lahan dan hutan terus dilakukan," kata Sutopo.