Malang (ANTARA News) - Petugas kebersihan atau pasukan kuning Kota Malang dilarang libur selama Lebaran karena volume sampah di daerah itu diperkirakan naik sekitar 10 persen dari hari-hari biasa.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang Wasto di Malang, Senin, mengatakan meski tidak diliburkan, para pasukan kuning tersebut bekerja dengan sistem pengaturan jam kerja (shift), sehingga mereka masih tetap bisa merayakan Lebaran bersama keluarga.

"Pada hari H Lebaran hingga beberapa hari selanjutnya sistem kerja pasukan kuning akan kita bagi menjadi dua sampai tiga shift, namun pas hari H mereka justru kami terjunkan di sejumlah titik lokasi shalat Ied," katanya, menjelaskan.

Menurut Wasto, di setiap titik lokasi shalat Ied, khususnya di kawasan Masjid Jami` Alun-alun Merdeka, jumlah pasukan kuning yang disiagakan lebih dari 10-15 personel, sedangkan di lokasi lain tergantung sedikit banyaknya jamaah shalat Ied.

Pada saat hari H atau setelah shalat Ied, katanya, biasanya sampah berupa koran untuk alas berserakan di sepanjang jalan. Meski sudah diimbau agar jamaah membawa kembali koran yang menjadi alas mereka shalat, tetap saja tidak diindahkan.

Menyinggung volume sampah di Kota Malang, Wasto mengatakan sekitar 600 ton per hari, namun setelah dipilah di masing-masing tempat pembuangan sementara (TPS), yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) tidak lebih dari 400 ton.

Selain dipilah di TPS, lanjutnya, masyarakat nasabah Bank Sampah malang (BSM), biasanya juga memilah sendiri sampah basah dan sampah keringnya untuk disetorkan ke BSM. Sehingga, sampah yang dibuang ke TPA jauh berkurang.

Pada saat Lebaran, volume sampah, terutama sampah domestik (rumah tangga) akan naik sekitar 10 persen, akibat konsumsi pangan masyarakat yang meningkat. Sedangkan volume sampah industri justru berkurang.

"Sebenarnya kondisi ini sudah menjadi rutinitas tahunan, baik pola kerja para pasukan kuning maupun peningkatan volume sampahnya. Namun, kalau tidak diantisipasi juga akan menimbulkan lingkungan yang kotor dan bau," tegas Wasto.

Limbah sampah di Kota Malang, selain disetor dan diolah menjadi bijih plastik oleh BSM, gas metannya juga diolah menjadi gas pengganti elpiji untuk memasak bagi warga di sekitar TPA Supiturang.

Saat ini sudah lebih dari 300 kepala keluarga (KK) yang memanfaatkan gas metan untuk kebutuhan memasaknya, bahkan dalam waktu dekat ini akan ditambah jumlahnya.