Seperempat spesies ikan air tawar terancam punah
Arsip foto - Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya menangkap indukan hewan amfibi salamander air (Ambystoma mexicanum) atau biasa disebut Axolotl untuk dikembangbiakkan di kolam budi daya tim Aquaxo di Malang, Jawa Timur, Senin (25/10/2021). Salamander air yang menurut organisasi konservasi dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN) berstatus terancam punah tersebut dibudidayakan dengan menggunakan sistem pengolahan air berpendingin tertutup sehingga bisa bertelur dan menetas. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Salah satu ancaman utama adalah perubahan iklim yang merusak siklus air, seperti menurunnya permukaan air tawar dan kenaikan permukaan air laut sehingga memasuki sungai melalui muara, menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) yang menetapkan daftar itu beberapa kali dalam setahun.
Dalam analisis mendalam pertama mengenai ikan air tawar, IUCN mengatakan lebih dari 3.000 spesies dari 15.000 spesies dalam kategori berisiko.
Salah satu yang mengalami risiko adalah ikan salmon Atlantik yang hidup di air laut dan air tawar. Ikan ini mengalami penurunan kategori dari "tidak dikhawatirkan" menjadi "hampir terancam punah" dari bukti bahwa populasi globalnya menurun sebesar 23 persen antara 2006 dan 2020, kata IUCN.
Penyebab kematian salmon antara lain kutu salmon dari peternakan ikan dan bertambahnya spesies invasif yang mengancam salmon.
"Memastikan ekosistem air tawar dijaga dengan baik, tetap mengalir dengan volume air cukup dan kualitas air yang baik adalah penting untuk menghentikan berkurangnya spesies dan mempertahankan ketahanan pangan, mata pencarian dan perekonomian di dunia yang berketahanan iklim," kata Kathy Hughes, salah satu ketua Kelompok Spesialis Ikan Air Tawar Komisi Kelangsungan Hidup Spesies IUCN.
Ikan lain yang dalam posisi bahaya adalah ikan "perampok bergigi besar" yang ditemukan di Kenya yakni di danau gurun pasir terbesar dunia, Danau Turkana.
Spesies ini jatuh dua kategori menjadi "Rentan punah" yang sebagian disebabkan menurunnya volume air di habitatnya akibat perubahan iklim dan juga aliran air berkurang akibat pembuatan bendungan, kata IUCN.
Sedangkan untuk kabar baik, IUCN menyebut hewan Scimitar Oryx tidak lagi berstatus punah di alam liar akibat upaya pelepasliaran yang berhasil di Chad di mana ratusan anak hewan sejenis antelop itu dilahirkan di alam liar.
Baca juga: Kuwait sukses biakkan hiu macan pasir yang terancam punah
Baca juga: Daftar Merah IUCN: Tuna membaik, komodo genting
Baca juga: Ilmuwan temukan ikan berstatus punah di Jawa
Sumber: Reuters
Penerjemah: Arie Novarina
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023