"Hingga 18 Juli 2013, sudah 299.364 anjing yang tervaksin. Kami berusaha semaksimal mungkin memvaksin semua populasi anjing yang diprediksi jumlahnya lebih dari 325.000 anjing," kata Kepala Disnakeswan Provinsi Bali, Putu Sumantra, di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, jika dilihat dari kasus rabies yang telah terjadi, mayoritas disebabkan anjing-anjing liar dan muncul sporadis. Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya mengejar anjing-anjing liar untuk divaksin.
"Dengan vaksinasi sudah cukup membuat kekebalan pada anjing supaya tak menularkan rabies. Harapan kami, jika masyarakat melihat ada anjing liar, tolong cepat dilaporkan pada petugas sehingga dapat diambil tindakan," ucapnya.
Ia menambahkan, tahun ini alokasi anggaran yang bersumber dari APBD Bali dan APBN untuk penanggulangan rabies di Bali mencapai lebih dari Rp10 miliar lebih. Anjing dengan virus rabies memang menjadi masalah serius di Bali, yang mengandalkan ekonomi dari pariwisata.
"Tahun depan berusaha kami naikkan lagi anggarannya karena kami ingin Bali benar-benar bersih dan terbebas dari rabies. Pada pertengahan 2014, kami jadwalkan akan dilakukan vaksinasi massal rabies tahap V," ucapnya.
Di sisi lain, Sumantra mengatakan tidak semua gigitan anjing itu berisiko menularkan rabies. Terbukti dari sekitar 500 anjing yang sebelumnya diduga rabies dan diuji di Balai Veteriner Denpasar hanya 18 ekor yang dinyatakan positif.
Dari 18 ekor yang positif itu pun kebanyakan disebabkan anjing liar seperti yang terjadi di Kabupaten Bangli, Gianyar, dan Buleleng.