Gereja-mesjid di Siantar dibangun berdampingan
21 Juli 2013 11:05 WIB
Sejumlah pemuda muslim ikut menyambut umat kristiani yang datang untuk mengikuti ibadah persiapan natal di Gereja Silo, kawasan Trikora, Ambon, Maluku, Senin malam (24/12). Keterlibatan pemuda muslim ikut mengamankan natal, sebagai wujud keharmonisan hidup basudara di Maluku, yang terbingkai dalam budaya pela-gandong. (FOTO ANTARA/Embong Salampessy)
Pematangsiantar, Sumatera Utara (ANTARA News) - Dua rumah ibadah, masjid dan gereja, yang dibangun berdampingan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara; menunjukkan kerukunan antarumat beragama di kota ini terbilang tinggi.
"Kami tidak pernah berselisih. Aman dan hidup damai," ujar nazir Masjid Bakti, Abdul Muis, usai menunaikan shalat, Minggu.
Dua rumah ibadah itu, Masjid Bakti dan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) di Simpang Pertamin, kilometer 6 Jalan Medan-Siantar, di lingkungan Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Martoba.
Muis mengatakan, umat muslim dan kristiani di lingkungan ini saling menjaga diri dan kesucian ibadah masing-masing, bahkan saling mendukung jika melakukan kegiatan keagamaan.
Jika ada yang kemalangan, kata dia, umat saling melayat dan memberi bantuan. "Saat beribadah shalat Jumat misalnya, umat kristiani menghentikan aktivitasnya. Kami saling menjaga dan mendukung," sebutnya.
Kerukunan ini tidak saja terjalin di tingkat orang tua. Bahkan anak-anak dan remaja.
"Kami sering mengundang remaja kristiani dan mereka datang. Demikian sebaliknya," kata anggota remaja Masjid Baktik Ogin Anggawa, yang tinggal selama 21 tahun di lingkungan ini dan tidak pernah mempermasalahkan keyakinan dengan rekan lain agama.
"Kami tidak pernah berselisih. Aman dan hidup damai," ujar nazir Masjid Bakti, Abdul Muis, usai menunaikan shalat, Minggu.
Dua rumah ibadah itu, Masjid Bakti dan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) di Simpang Pertamin, kilometer 6 Jalan Medan-Siantar, di lingkungan Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Martoba.
Muis mengatakan, umat muslim dan kristiani di lingkungan ini saling menjaga diri dan kesucian ibadah masing-masing, bahkan saling mendukung jika melakukan kegiatan keagamaan.
Jika ada yang kemalangan, kata dia, umat saling melayat dan memberi bantuan. "Saat beribadah shalat Jumat misalnya, umat kristiani menghentikan aktivitasnya. Kami saling menjaga dan mendukung," sebutnya.
Kerukunan ini tidak saja terjalin di tingkat orang tua. Bahkan anak-anak dan remaja.
"Kami sering mengundang remaja kristiani dan mereka datang. Demikian sebaliknya," kata anggota remaja Masjid Baktik Ogin Anggawa, yang tinggal selama 21 tahun di lingkungan ini dan tidak pernah mempermasalahkan keyakinan dengan rekan lain agama.
Pewarta: Waristo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: