"Masyarakat yang akan mudik Lebaran diimbau tidak membeli tiket KA melalui calo karena tidak bisa dipertanggungjawabkan bila terjadi kecelakaan," kata Kepala Stasiun KA Lubuklinggau Setia Budi di Lubuklinggau, Sabtu.
Ia menjelaskan peranan masyarakat dengan tidak menggunakan jasa calo tiket juga membantu pihaknya dalam berupaya mempersempit praktik pembelian tiket melalui mereka.
Sejak beberapa waktu lalu, pihaknya sudah mengantisipasi praktik percaloan itu, namun belum berhasil secara maksimal dan bahkan cenderung terkesan jumlah mereka makin meningkat.
"Kami tengah melakukan pengawasan ke dalam karena diduga ada oknum terlibat dalam praktik calo tersebut, meskipun saat ini belum terbukti," katanya.
Identitas puluhan tiket KA yang dimiliki penumpang, setelah dicocokkan dengan di loket, ternyata berbeda. Hal itu, bisa berdampak buruk dan merugikan penumpang.
Di tiket asli tertera secara jelas tentang asuransi bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan kereta. Penumpang bisa mengklaim asuransi tersebut.
Ia mengatakan praktik percaloan yang menjamur, selain merugikan penumpang juga mengurangi pendapatan stasiun setempat, terutama menjelang dan setelah Lebaran.
"Kami mengharapkan peran pemerintah daerah juga ikut mempersempit gerak para calo tersebut karena keberadaan mereka menjadi keluhan masyarakat penumpang saat menjelang Lebaran," katanya.
Anggota DPRD Lubuklinggau Hendi Budiono menduga adanya permainan antara pihak PT KAI dengan para calo sehingga praktik percaloan itu sulit diberantas.
"Saya pernah menemukan tiket dijual calo sama dengan yang dijual di loket resmi," katanya.
Setiap calo, katanya, begitu mendapatkan pembeli, kemudian mengambil tiket sesuai dengan nama penumpang. Kalau terjadi seperti itu, tentunya ada permainan dan kerja sama antara oknum tertentu.
"Oleh karena itu, kami akan mengundang manajemen PT KAI dan juga Dishubkominfo untuk menekan praktik percaloan itu sekaligus membahas arus mudik dan balik Lebaran," kata Hendi.
(Z005/M029)