London (ANTARA) - Save the Children pada Jumat mengkritik pemerintah Inggris karena bersikap abstain dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB soal gencatan senjata di Gaza.
Badan amal yang berbasis di negara kerajaan itu menyebut pemerintahnya terlibat dalam situasi mengerikan yang akan dihadapi anak-anak di Gaza.
Dalam sebuah unggahan di X, Save the Children mengatakan Perdana Menteri Rishi Sunak dan pemerintah Inggris kembali "mengabaikan" anak-anak Gaza.
"Dengan tidak memberikan suara bagi #CeasefireNOW di Dewan Keamanan PBB, Inggris terlibat dalam horor yang akan dialami anak-anak dalam beberapa jam, hari, dan pekan mendatang," katanya.
Inggris memilih abstain, sedangkan Amerika Serikat memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB pada Jumat yang menuntut gencatan senjata segera guna menghentikan pertumpahan darah di Jalur Gaza.
Israel melanjutkan operasi militernya di Jalur Gaza pada 1 Desember setelah jeda kemanusiaan dengan kelompok perlawanan Palestina Hamas berakhir setelah berlangsung selama sepekan.
Sedikitnya 17.487 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 46.480 lainnya terluka akibat serangan-serangan tanpa henti Israel dari udara dan darat di daerah kantong Palestina itu sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas.
Di lain pihak, jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas itu mencapai 1.200 orang, menurut data resmi.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Inggris akan terus tekan Israel agar patuhi hukum internasional
Baca juga: Temui Menlu Inggris, Retno tegaskan kekejaman di Gaza harus dihentikan
Pemerintah Inggris dikritik karena abstain soal gencatan senjata Gaza
9 Desember 2023 16:49 WIB
Warga Palestina yang terluka, termasuk anak-anak, dibawa ke Rumah Sakit Nasser menyusul serangan Israel di Khan Yunis, Gaza, 8 Desember 2023. (Anadolu)
Penerjemah: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023
Tags: