Menariknya, daging sapi dan daging ayam cincang itu dibumbui "kedonteng" yang merupakan racikan dari rempah-rempah lengkap yang biasa digunakan umat Hindu di Bali pada Hari Raya Galungan.
Rempah-rempah itu terdiri dari cabai, bawang merah, bawang putih, lengkuas, kencur, kunyit, jahe, kemiri, ketumbar, kapulaga, jeruk, dan kelapa.
Sebelum memulai buka puasa, warga kampung muslim di Kepaon itu disuguhi minuman "brungkul" yang berbahan dasar santan, gula pasir, tepung kanji, dan cengkih.
Semua makanan itu dibuat oleh para ibu rumah tangga di lingkungan Kepaon Kaja, Kepaon Tengah, dan Kepaon Kelod.
Tradisi "megibung" digelar setiap hari ke-10 bulan suci Ramadhan di masjid Al Muhajirin, Kepaon.
"Dalam bahasa Bali `megibung` atau `mepatung` berarti makan bersama dalam satu wadah. Makanya kami menyebut tradisi tersebut adalah megibung yang merupakan warisan leluhur untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga setempat," kata H Ishak Ibrahim selaku takmir masjid Al Muhajirin di sela-sela acara "megibung".
Menurut dia, penduduk setempat mentradisikan "megibung" sejak ajaran Islam masuk Kepaon yang diperkirakan pada 1362 Masehi.
Dalam tradisi tersebut para jamaah terlebih dahulu mengawalinya dengan membatalkan puasa (takjil) yang telah disiapkan. Kemudian sebelum melakukan shalat magrib secara berjamaah, puluhan pria langsung menyantap makanan yang sudah disediakan.
Umumnya makanan yang disajikan dalam satu wadah beralaskan kertas minyak disantap oleh empat hingga enam orang.
Jenis makanannya pun beragam, namun biasanya yang menjadi makanan pokok adalah nasi tumpeng lengkap dengan lauk-pauk seperti daging sapi, ayam goreng, sayur, telur, dan buah-buahan sebagai pencuci mulut.
(KR-WRA/M038)