Pembangunan pabrik petrokimia diharapkan tekan impor
18 Juli 2013 23:53 WIB
Ilustrasi - Dua pekerja memeriksa pipa penyalur bahan bakar elpiji ke pabrik pembuatan bahan baku plastik (polyethylene) PT Chandara asri, Cilegon, Banten, Rabu (15/7). Perusahaan tersebut merupakan satu-satunya pabrik petrokimia berbasis olefin di Indonesia yang tengah membangun pengurai butadina (bahan baku karet sintetis) dengan nilai 80 juta dolar Amerika. (FOTO ANTARA/Saptono)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto mengatakan, dengan adanya pabrik petrokimia baru yang rencananya akan dibangun di Papua Barat diharapkan mampu menekan angka impor bahan baku Indonesia.
"Proyek-proyek ini akan bisa mengurangi importasi bahan baku yang menurut data pada tahun 2012 mencapai 16 miliar dolar AS untuk bahan baku kimia," kata Panggah seusai menyaksikan penandatanganan MoU antara Ferrostaal Industrial Projects dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan dengan adanya kerjasama tersebut akan dihasilkan produk-produk dasar, seperti propylene dan polypropylene, yang nantinya tidak akan mengurangi importasi bahan baku tersebut.
"Diharapkan, pada tahun 2019 akan mulai beroperasi, yang kita upayakan adalah bagaimana sesegera mungkin untuk mendapatkan alokasi gasnya," katanya.
Panggah menjelaskan langkah pembangunan pabrik tersebut merupakan bagian dari program Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan dua sektor penting di Indonesia yang terkait dengan industri kimia dasar dan logam dasar.
"Dua industri dasar tersebut kita dorong pengembangannya, hal tersebut penting karena selaras dengan peningkatan pertumbuhan industri dalam negeri, yang akan meningkatkan kebutuhan bahan baku dan juga barang modal," katanya.
Ia mengatakan nantinya hasil dari pabrik yang diperkirakan akan menelan investasi sebesar 1,8 miliar dolar AS tersebut akan diperuntukkan bagi pasar dalam negeri.
"Kebutuhan dalam negeri cukup besar, maka nantinya akan diperuntukkan bagi pasar dalam negeri," kata dia.
"Proyek-proyek ini akan bisa mengurangi importasi bahan baku yang menurut data pada tahun 2012 mencapai 16 miliar dolar AS untuk bahan baku kimia," kata Panggah seusai menyaksikan penandatanganan MoU antara Ferrostaal Industrial Projects dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan dengan adanya kerjasama tersebut akan dihasilkan produk-produk dasar, seperti propylene dan polypropylene, yang nantinya tidak akan mengurangi importasi bahan baku tersebut.
"Diharapkan, pada tahun 2019 akan mulai beroperasi, yang kita upayakan adalah bagaimana sesegera mungkin untuk mendapatkan alokasi gasnya," katanya.
Panggah menjelaskan langkah pembangunan pabrik tersebut merupakan bagian dari program Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan dua sektor penting di Indonesia yang terkait dengan industri kimia dasar dan logam dasar.
"Dua industri dasar tersebut kita dorong pengembangannya, hal tersebut penting karena selaras dengan peningkatan pertumbuhan industri dalam negeri, yang akan meningkatkan kebutuhan bahan baku dan juga barang modal," katanya.
Ia mengatakan nantinya hasil dari pabrik yang diperkirakan akan menelan investasi sebesar 1,8 miliar dolar AS tersebut akan diperuntukkan bagi pasar dalam negeri.
"Kebutuhan dalam negeri cukup besar, maka nantinya akan diperuntukkan bagi pasar dalam negeri," kata dia.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: