KESDM: Teknologi AI bantu tingkatkan keselamatan industri tambang
8 Desember 2023 09:48 WIB
Ilustrasi - Penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) membantu meningkatkan keselamatan dan produktivitas tambang batu bara. ANTARA/HO-Kementerian ESDM
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) membantu meningkatkan keselamatan dan produktivitas tambang batu bara.
"Inovasi dan digitalisasi merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di industri pertambangan. Perusahaan pertambangan yang dapat memanfaatkan teknologi-teknologi ini dengan baik akan memiliki keunggulan kompetitif," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Salah satu inovasi dan digitalisasi yaitu melalui penerapan kecerdasan buatan untuk mendeteksi potensi bahaya dan peringatan dini pekerja tambang.
Baca juga: ESDM: kegiatan pascatambang penting untuk kesejahteraan masyarakat
Inovasi yang diberi nama mining eyes dirancang dengan tujuan menerapkan pengawasan langsung jarak jauh untuk meminimalkan kontak fisik antara pekerja dan bahaya yang ada di area pit.
Corporate Communication Superintendent PT Berau Coal Rudini Rahim saat tim www.esdm.go.id berkunjung ke kantornya di Berau, Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (6/12), mengatakan mining eyes merupakan pengawasan jarak jauh menggunakan teknologi CCTV serta telah diintegrasikan dengan mining analytic dengan penggunaan kecerdasan buatan.
"Teknologi ini dapat memonitor dan melaporkan pergerakan manusia dan unit alat berat di tambang sehingga menghasilkan operasi yang lebih produktif dan lebih aman karena kurangnya potensi bahaya atas interaksi manusia langsung dengan alat berat yang beroperasi atau berada di area yang memiliki risiko tinggi," kata Rudini.
Selain mining eyes, inovasi digital yang dilakukan oleh PT Berau Coal, yakni penerapan smart application bernama BEATS yang merupakan kepanjangan dari BeGeMS (Berau Coal Green Mining System) Automation Tracking System.
Aplikasi itu digunakan untuk menunjang pengawasan dan analisis kegiatan operasi serta keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan (K3L) yang sebelumnya dilakukan secara manual kini telah menggunakan teknologi digital.
"Lewat aplikasi ini proses pengawasan operasi yang melibatkan lebih dari 24.000 pekerja dapat dilakukan dengan baik," ucapnya.
Baca juga: Kementerian ESDM: Reklamasi pascatambang jaga lahan tetap stabil
Penerapan teknologi berbasis AI lainnya, yaitu pengawasan driving monitoring system (DMS) di area tambang.
DMS memanfaatkan berbagai sensor dan kamera untuk memantau aktivitas pengemudi atau operator kendaraan tambang serta untuk mendeteksi tindakan tidak aman seperti perilaku berkendara yang kurang aman, kelelahan (fatique), dan kecepatan berkendara yang berlebihan.
"DMS ini untuk mendeteksi tanda-tanda ketika operator fatique, yaitu ketika mata tertutup, menguap atau badan telah doyong," ungkap Wakil Kepala Teknik Tambang Arintoko Saputro di Control Room BMO 2 PT Berau Coal.
Selain deteksi kelelahan, DMS juga mendeteksi perilaku berisiko lainnya seperti penggunaan perangkat seluler atau makan di belakang kemudi. Tingkat fokus dan stamina yang baik dibutuhkan oleh seluruh pekerja agar dapat menjalankan pekerjaannya untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh perusahaan.
"Melalui jaringan sensor dan kamera yang canggih, DMS dengan cermat melacak dan menganalisis perilaku pengemudi secara real time seperti penyimpangan jalur, melihat sekeliling, menelepon hingga merokok," kata Arintoko.
Baca juga: Kemenkominfo latih masyarakat kenali AI lewat program GNLD
Untuk itu, pengelolaan kelelahan (fatique management) dan perilaku (behavior) harus dilakukan untuk mendukung seluruh pekerja agar dapat bekerja dengan aman, khususnya para pekerja yang bekerja dengan potensi bahaya tinggi seperti operator alat berat.
Selain itu, perilaku berkendara (driving behavior) juga menjadi perhatian sehingga bagi pekerja yang berkendara dilarang menggunakan telepon seluler dan melakukan aktivitas lain yang dapat mengganggu konsentrasinya.
"Inovasi dan digitalisasi merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di industri pertambangan. Perusahaan pertambangan yang dapat memanfaatkan teknologi-teknologi ini dengan baik akan memiliki keunggulan kompetitif," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Salah satu inovasi dan digitalisasi yaitu melalui penerapan kecerdasan buatan untuk mendeteksi potensi bahaya dan peringatan dini pekerja tambang.
Baca juga: ESDM: kegiatan pascatambang penting untuk kesejahteraan masyarakat
Inovasi yang diberi nama mining eyes dirancang dengan tujuan menerapkan pengawasan langsung jarak jauh untuk meminimalkan kontak fisik antara pekerja dan bahaya yang ada di area pit.
Corporate Communication Superintendent PT Berau Coal Rudini Rahim saat tim www.esdm.go.id berkunjung ke kantornya di Berau, Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (6/12), mengatakan mining eyes merupakan pengawasan jarak jauh menggunakan teknologi CCTV serta telah diintegrasikan dengan mining analytic dengan penggunaan kecerdasan buatan.
"Teknologi ini dapat memonitor dan melaporkan pergerakan manusia dan unit alat berat di tambang sehingga menghasilkan operasi yang lebih produktif dan lebih aman karena kurangnya potensi bahaya atas interaksi manusia langsung dengan alat berat yang beroperasi atau berada di area yang memiliki risiko tinggi," kata Rudini.
Selain mining eyes, inovasi digital yang dilakukan oleh PT Berau Coal, yakni penerapan smart application bernama BEATS yang merupakan kepanjangan dari BeGeMS (Berau Coal Green Mining System) Automation Tracking System.
Aplikasi itu digunakan untuk menunjang pengawasan dan analisis kegiatan operasi serta keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan (K3L) yang sebelumnya dilakukan secara manual kini telah menggunakan teknologi digital.
"Lewat aplikasi ini proses pengawasan operasi yang melibatkan lebih dari 24.000 pekerja dapat dilakukan dengan baik," ucapnya.
Baca juga: Kementerian ESDM: Reklamasi pascatambang jaga lahan tetap stabil
Penerapan teknologi berbasis AI lainnya, yaitu pengawasan driving monitoring system (DMS) di area tambang.
DMS memanfaatkan berbagai sensor dan kamera untuk memantau aktivitas pengemudi atau operator kendaraan tambang serta untuk mendeteksi tindakan tidak aman seperti perilaku berkendara yang kurang aman, kelelahan (fatique), dan kecepatan berkendara yang berlebihan.
"DMS ini untuk mendeteksi tanda-tanda ketika operator fatique, yaitu ketika mata tertutup, menguap atau badan telah doyong," ungkap Wakil Kepala Teknik Tambang Arintoko Saputro di Control Room BMO 2 PT Berau Coal.
Selain deteksi kelelahan, DMS juga mendeteksi perilaku berisiko lainnya seperti penggunaan perangkat seluler atau makan di belakang kemudi. Tingkat fokus dan stamina yang baik dibutuhkan oleh seluruh pekerja agar dapat menjalankan pekerjaannya untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh perusahaan.
"Melalui jaringan sensor dan kamera yang canggih, DMS dengan cermat melacak dan menganalisis perilaku pengemudi secara real time seperti penyimpangan jalur, melihat sekeliling, menelepon hingga merokok," kata Arintoko.
Baca juga: Kemenkominfo latih masyarakat kenali AI lewat program GNLD
Untuk itu, pengelolaan kelelahan (fatique management) dan perilaku (behavior) harus dilakukan untuk mendukung seluruh pekerja agar dapat bekerja dengan aman, khususnya para pekerja yang bekerja dengan potensi bahaya tinggi seperti operator alat berat.
Selain itu, perilaku berkendara (driving behavior) juga menjadi perhatian sehingga bagi pekerja yang berkendara dilarang menggunakan telepon seluler dan melakukan aktivitas lain yang dapat mengganggu konsentrasinya.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: