Bank Mandiri: Kesadaran pelaku usaha tantangan penyaluran kredit hijau
7 Desember 2023 18:19 WIB
Direktur Treasury & International Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Eka Fitria dalam konferensi pers Mandiri Sustainability Forum 2023 di Jakarta, Kamis (7/12/2023). ANTARA/Agatha Olivia Victoria.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Treasury & International Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Eka Fitria mengatakan kesadaran pelaku usaha di Indonesia mengenai pentingnya bisnis berkelanjutan masih menjadi tantangan perseroan dalam menyalurkan pembiayaan di sektor hijau.
"Kesadaran dari para pelaku usaha ini yang memang mengakibatkan permintaan terhadap pembiayaan hijau relatif masih cukup terbatas," kata Eka dalam konferensi pers Mandiri Sustainability Forum 2023 di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, kata dia, hal tersebut yang mengakibatkan penyaluran pembiayaan hijau yang dihimpun juga memiliki alternatif penyaluran yang tidak seluas di luar negeri.
Menurut Eka, salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha tersebut yakni dengan memberikan skema insentif yang cukup efektif. Saat ini sudah banyak berbagai skema insentif yang diberikan untuk pembiayaan berkelanjutan, baik oleh regulator maupun para lembaga keuangan seperti Bank Mandiri.
Namun, kemungkinan masih perlu dilakukan pendalaman terhadap berbagai skema insentif tersebut, terutama yang berkaitan dengan pembiayaan hijau.
Ia menyebutkan, terdapat dua aspek dalam bisnis berkelanjutan, yakni aspek hijau dan aspek sosial. Di Indonesia, bisnis berkelanjutan cenderung didominasi dengan aspek sosial dibandingkan dengan aspek hijau.
"Kolaborasi dengan pemerintah serta inisiatif dan tata kelola yang proaktif dari institusi tentunya merupakan hal yang sangat penting untuk dapat memperluas pendalaman terhadap pembiayaan hijau di Indonesia," ucap dia.
Hingga kuartal III-2023, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan sebesar Rp253 triliun atau 24,9 persen dari total kredit perseroan.
Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah mencapai Rp122 triliun, setara dengan 12 persen penyaluran kredit di periode yang sama. Penyaluran pembiayaan hijau tersebut memperkuat posisi Bank Mandiri sebagai pemimpin pasar dengan pangsa setara dengan kurang lebih 30 persen.
Sementara dari sisi pendanaan, Bank Mandiri telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan (Sustainability Bond) sebesar 300 juta dolar AS dengan 8,3 kali tingkat kelebihan pemesanan (oversubscription rate).
Bank dengan kode emiten BMRI tersebut menjadi bank pertama di Indonesia yang melakukan ESG Repo Transaction dengan nilai mencapai 500 juta dolar AS.
Di samping itu, pada awal 2023 Bank Mandiri juga sudah menerbitkan Obligasi hijau Tahap I sebesar Rp5 triliun yang merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dengan target dana sebesar Rp10 triliun.
Adapun obligasi tersebut merupakan implementasi Bank Mandiri untuk mendorong pembiayaan ke sektor Kategori Usaha Berwawasan Lingkungan, yang selaras dengan kebijakan regulator.
Baca juga: Bank Mandiri salurkan Rp253 triliun portofolio kredit berkelanjutan
Baca juga: Peneliti sebut pendanaan tantangan terbesar RI menuju zero karbon
Baca juga: Ekonom Bank Mandiri: Penerapan ESG akan jadi prioritas di masa depan
"Kesadaran dari para pelaku usaha ini yang memang mengakibatkan permintaan terhadap pembiayaan hijau relatif masih cukup terbatas," kata Eka dalam konferensi pers Mandiri Sustainability Forum 2023 di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, kata dia, hal tersebut yang mengakibatkan penyaluran pembiayaan hijau yang dihimpun juga memiliki alternatif penyaluran yang tidak seluas di luar negeri.
Menurut Eka, salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha tersebut yakni dengan memberikan skema insentif yang cukup efektif. Saat ini sudah banyak berbagai skema insentif yang diberikan untuk pembiayaan berkelanjutan, baik oleh regulator maupun para lembaga keuangan seperti Bank Mandiri.
Namun, kemungkinan masih perlu dilakukan pendalaman terhadap berbagai skema insentif tersebut, terutama yang berkaitan dengan pembiayaan hijau.
Ia menyebutkan, terdapat dua aspek dalam bisnis berkelanjutan, yakni aspek hijau dan aspek sosial. Di Indonesia, bisnis berkelanjutan cenderung didominasi dengan aspek sosial dibandingkan dengan aspek hijau.
"Kolaborasi dengan pemerintah serta inisiatif dan tata kelola yang proaktif dari institusi tentunya merupakan hal yang sangat penting untuk dapat memperluas pendalaman terhadap pembiayaan hijau di Indonesia," ucap dia.
Hingga kuartal III-2023, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan sebesar Rp253 triliun atau 24,9 persen dari total kredit perseroan.
Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah mencapai Rp122 triliun, setara dengan 12 persen penyaluran kredit di periode yang sama. Penyaluran pembiayaan hijau tersebut memperkuat posisi Bank Mandiri sebagai pemimpin pasar dengan pangsa setara dengan kurang lebih 30 persen.
Sementara dari sisi pendanaan, Bank Mandiri telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan (Sustainability Bond) sebesar 300 juta dolar AS dengan 8,3 kali tingkat kelebihan pemesanan (oversubscription rate).
Bank dengan kode emiten BMRI tersebut menjadi bank pertama di Indonesia yang melakukan ESG Repo Transaction dengan nilai mencapai 500 juta dolar AS.
Di samping itu, pada awal 2023 Bank Mandiri juga sudah menerbitkan Obligasi hijau Tahap I sebesar Rp5 triliun yang merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dengan target dana sebesar Rp10 triliun.
Adapun obligasi tersebut merupakan implementasi Bank Mandiri untuk mendorong pembiayaan ke sektor Kategori Usaha Berwawasan Lingkungan, yang selaras dengan kebijakan regulator.
Baca juga: Bank Mandiri salurkan Rp253 triliun portofolio kredit berkelanjutan
Baca juga: Peneliti sebut pendanaan tantangan terbesar RI menuju zero karbon
Baca juga: Ekonom Bank Mandiri: Penerapan ESG akan jadi prioritas di masa depan
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: