Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan pemangkasan pembiayaan bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan industri batu bara dilakukan secara perlahan untuk mendukung proses transisi energi nasional.

Menurutnya, pembiayaan kepada PLTU dan batu bara tidak bisa langsung dihentikan, tapi harus dilakukan dengan memperhatikan peta jalan transisi energi yang telah ditetapkan pemerintah.

“Bank mandiri punya komitmen untuk terus mendukung agenda prioritas pemerintah termasuk menjamin ketersediaan energi nasional jadi tidak bisa kita exit dari PLTU ataupun pembiayaan kepada batu bara sebegitu cepat,” kata Xandra dalam konferensi pers terkait Mandiri Sustainable Forum 2023 yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Sembari menurunkan portofolio pembiayaan kepada batu bara dan proyek PLTU, Bank Mandiri terus meningkatkan portofolio pembiayaan untuk usaha yang ramah lingkungan dimana hingga September 2023 kredit yang disalurkan Bank Mandiri untuk kegiatan usaha yang ramah lingkungan mencapai Rp253 triliun atau 25 persen dari total kredit.

Dari sisi penghimpunan dana, Bank Mandiri telah menerbitkan sustainability bond sebesar 300 juta dolar AS di tahun 2021 dan ESG Repo senilai 500 juta dolar AS di tahun 2022.

“Dan di tahun ini Bank Mandiri telah menurunkan Green Bond tahap 1 sebesar Rp5 triliun yang merupakan bagian dari rencana penawaran umum berkelanjutan (PUB) dengan dana sebesar Rp10 triliun,” kata Xandra menambahkan.

Bank Mandiri menargetkan dapat mencapai emisi karbon nol dalam kegiatan operasionalnya pada 2030 mendatang.

“Kami telah melakukan langkah strategis dengan melakukan karbon netral inisiatif, antara lain dengan restorasi dan konservasi lahan melalui penanaman pohon kembali,” katanya.


Baca juga: UOB Indonesia berkomitmen kurangi pembiayaan sektor batu bara
Baca juga: Menkeu: Pembiayaan menjadi batu sandungan pembicaraan keberlanjutan
Baca juga: Transisi energi, pembiayaan dan keekonomian yang tidak membebani