New York (ANTARA) - Indeks-indeks utama Wall Street turun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) tertekan saham-saham megacap dan energi karena tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve dapat mulai memangkas suku bunganya awal tahun depan.

Indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,19 persen ke 36.054,43, indeks S&P 500 turun 0,39 persen ke 4.549,34 dan Indeks Komposit Nasdaq melemah 0,58 persen ke 14.146,71.

Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan jumlah pekerja swasta mencapai 103.000 pekerjaan pada November, di bawah ekspektasi para ekonom sebesar 130.000 pekerjaan. Hal itu memberikan bukti baru kelemahan pasar tenaga kerja, sehari setelah berita penurunan lowongan pekerjaan pada Oktober.

Baca juga: Wall St beragam, data tenaga kerja picu spekulasi Fed turunkan bunga

Data ketenagakerjaan terbaru memperkuat ekspektasi bahwa kebijakan kenaikan suku bunga The Fed akan mendinginkan perekonomian.

"Saat ini, hal ini konsisten dengan pertumbuhan lapangan kerja yang melemah dan sejauh ini hal tersebut tidak menjadi masalah karena perekonomian masih berjalan dengan baik,” kata kepala penelitian pasar modal di U.S. Bank Wealth Management Bill Merz di Minneapolis.

Menurut Merz, yang mengkhawatirkan adalah jika tren tersebut bertahan terlalu lama dan mengakibatkan hilangnya lapangan kerja dalam jumlah besar.

Penurunan stok energi membebani indeks utama, dengan harga minyak turun 4 persen karena kenaikan persediaan bensin AS yang lebih besar dari perkiraan memperburuk kekhawatiran terkait permintaan bahan bakar.

Baca juga: IHSG ditutup melemah di tengah penguatan mayoritas bursa kawasan

Dari 11 indeks sektor S&P 500, delapan sektor melemah dipimpin oleh sektor energi yang turun 1,64 persen diikuti penurunan 0,93 persen pada sektor teknologi informasi.

Saham Nvidia turun 2,3 persen, sementara Microsoft dan Amazon masing-masing kehilangan lebih dari satu persen.

Pada Jumat (8/12), laporan ketenagakerjaan non pertanian atau non-farm payrolls yang lebih komprehensif untuk November akan memberikan kejelasan yang lebih besar mengenai keadaan pasar tenaga kerja.

Investor secara luas memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan pekan depan dan berpotensi mulai menurunkan suku bunga pada Maret.

Mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters mengatakan mereka yakin The Fed akan mempertahankan suku bunga setidaknya sampai Juli, lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

Baca juga: Analis : Pemilu satu putaran lebih baik bagi pasar saham Indonesia

Optimisme terhadap penurunan suku bunga membantu mendorong S&P 500 naik hampir 9 persen pada November dan indeks tersebut sekarang turun sekitar 9 persen di bawah rekor penutupan tertinggi pada Desember 2021.

Saham Plug Power turun 5,9 persen setelah Morgan Stanley menurunkan peringkat perusahaan sel bahan bakar hidrogen itu menjadi "underweight" dari "equalweight."

Saham raksasa tembakau Altria Group dan Philip Morris International masing-masing tergelincir 2,8 persen dan 1,6 persen, setelah rekannya di Inggris British American Tobacco mengatakan akan menerima kerugian sebesar 31,5 miliar dolar AS karena penurunan nilai beberapa merek rokok AS.

Saham Campbell Soup menguat 7,1 persen setelah penjual makanan tersebut melampaui ekspektasi laba kuartalan, dibantu oleh harga makanan kemasan dan makanan ringan yang lebih tinggi.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,3 miliar saham dibandingkan dengan rata-rata 10,7 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Jumlah saham-saham di S&P 500 yang turun melebih jumlah saham yang naik dengan rasio 1,3 : 1.

S&P 500 mencatatkan 29 titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan tak satu pun titik terendah baru, sementara Nasdaq mencatat 99 titik tertinggi baru dan 93 titik terendah baru


Sumber: Reuters