Batam, Kepulauan Riau (ANTARA News) - Pengusaha Singapura mengeluhkan kinerja pekerja Kawasan Perdagangan Bebas Batam yang dianggap belum sesuai dengan kebutuhan kualitas dan kuantitas perusahaan-perusahaan asing.

"Kami beromunikasi dengan Singapura, banyak perusahaan Singapura yang merasa pekerja Batam tidak memenuhi kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan," kata Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktifitas Kementerian Tenaga Kerja, Abdul Wahab, di Batam, Rabu.

Ia mengatakan secara kualitas, kemampuan pekerja Batam dinilai belum memenuhi syarat perusahaan-perusahaan Singapura. Dan dari jumlahnya pun dinilai belum cukup banyak.

Menurut dia, hal itu terlihat dari makin banyaknya pengangguran di Batam seiring dengan meningkatnya jumlah kebutuhan tenaga kerja perusahaan-perusahaan. Karena ketidak sesuaian kemampuan pekerja, maka lowongan kerja belum bisa diisi oleh pengangguran.

"Ada banyak lowongan, tapi tidak bisa dipenuhi," kata dia.

Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan di Batam, Kementerian Tenaga Kerja bekerjasama dengan beberapa pihak di Singapura melakukan pelatihan manajemen BLK. Terdapat sekitar 100 orang kementerian yang sedang mengikuti pelatihan.

Menurut dia, sebagai tetangga, Singapura memiliki kepentingan pada perkembangan Batam, sehingga Negara Singa itu memberikan perhatian khusus.

Di tempat yang sama, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan mengakui banyak tenaga kerja di Batam yang belum dilengkapi dengan kemampuan tinggi. "Banyak unskill di Batam," kata dia.

Ia mengatakan dalam beberapa kali Bursa Tenaga Kerja yang dilakukan Pemkot Batam, dari sekitar 6.000 lowongan pekerjaan, hanya 3.000 saja yang bisa diisi.

Pemerintah, kata dia, berupaya meningkatkan kemampuan tenaga kerja dengan mengadakan Balai Latihan Kerja. Sayang, karena biaya yang tinggi, maka Pemkot sulit menjalankan BLK.

"Anggaran kami terbatas," kata dia.

Karena keterbatasan anggaran di daerah, maka Kementerian Tenaga Kerja mengambil alih beberapa BLK yang ada di Batam.