Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan konsultan properti Jones Lang LaSalle menyatakan bahwa pertumbuhan kinerja hotel menengah ("midscale") di wilayah DKI Jakarta pada tahun 2013 ini cenderung menurun dibanding tahun sebelumnya.

"Untuk hotel 'midscale', pertumbuhan sedikit menurun," kata Kepala Riset Jones Lang LaSalle Indonesia, Anton Sitorus, dalam acara "Quarterly Media Briefing" di Jakarta, Rabu.

Anton Sitorus memaparkan, pertumbuhan kinerja hotel kelas menengah untuk tingkat okupansi cenderung menurun dari sebanyak 72 persen pada 2012 menjadi 68 persen pada periode Januari-Mei tahun 2013 ini.

Sementara untuk hotel kelas atas, ujar dia, tingkat okupansinya mengalami sedikit kenaikan dari 67 persen pada 2012 menjadi 68 persen pada periode Januari-Mei 2013. "Namun dengan gambaran seperti itu, kinerja hotel masih positif," katanya.

Ia mengungkapkan, pertumbuhan suplai hotel akan memuncak pada tahun 2014 ini yaitu diperkirakan akan terdapat penambahan hingga sekitar 5.500 unit, sedangkan penambahan suplai pada 2013 diperkirakan tidak akan melebihi 2.000 unit.

Sedangkan pada saat ini diperkirakan terdapat 28.300 unit kamar hotel di Jakarta, yang tersebar paling banyak di Jakarta Selatan (36 persen), kemudian diikuti berturut-turut di Jakarta Utara (26 persen), Jakarta Pusat (23 persen), Jakarta Barat (10 persen), dan Jakarta Timur (5 persen).

Sebelumnya, perusahaan konsultan properti lainnya, Colliers International Indonesia menyatakan aktivitas ekspansi di kawasan industrial Jabodetabek akan melambat antara lain karena keterbatasan lahan industri.

"Saya tidak yakin pada akhir 2013 akan ada penjualan lahan industri yang besar karena keterbatasan lahan," kata Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam konferensi pers tentang laporan sektor properti kuartal II/2013 di Jakarta, Senin (8/7).

Menurut Ferry, perlambatan aktivitas ekspansi industrial Jabodetabek selain karena keterbatasan lahan juga ada perusahaan yang mengkaji kembali rencana bisnisnya.

Ia memaparkan, pengkajian kembali rencana bisnis itu sendiri ditunda antara lain karena mengantisipasi rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.

Selain itu, ujar dia, faktor adanya pemilihan umum pada tahun 2014 mendatang juga dinilai sebagai faktor yang mengakibatkan perlambatan. "Mereka menunda untuk ekspansi atau membeli lahan baru," katanya.

Namun, Ferry mengemukakan bahwa pihak yang menunda untuk ekspansi karena alasan pemilu biasanya adalah para penyewa yang baru saja dalam beroperasi di Indonesia.