BPDPKS dinilai jadi terobosan terbaik bagi sawit nasional
6 Desember 2023 17:55 WIB
Arsip Foto - Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman saat menyampaikan keynote speech dalam acara Pekan Riset Sawit Indonesia (PERISAI) 2023 di Surabaya, Rabu (25/10/2023) (ANTARA/Bayu Saputra)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga mengatakan keberadaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) merupakan terobosan terbaik bagi perkembangan sawit nasional.
"Saya melihat BPDPKS adalah breakthrough, inovasi yang terbaik di masanya Pak Jokowi tahun 2015. Alasannya, pemakaian sawit di dalam negeri meningkat. Misalnya, produksi kita 100, dulu hanya 30 persen ada di domestik. Selebihnya 70 persen di pasar ekspor," kata Sahat dalam perbincangan dengan Antara, Rabu.
Perjalanan BPDPKS memang masih baru, namun dampaknya dinilai sudah dirasakan oleh negeri ini.
"Maka harga kita sangat tergantung pada ekspor, harga ekspor. Nah, sekarang sudah meningkat ke posisi 45 persen di mana pemakaian sawit untuk biodiesel itu meningkat," lanjut dia.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono menganggap aneka program yang dijalankan oleh BPDPKS sudah sangat bagus.
"GAPKI melihat program itu sudah bagus karena diadakan di berbagai kota sehingga dapat menyadarkan masyarakat kita bahwa produk sawit sangat penting yang tidak disadari bahwa masyarakat kita 24 jam bersama produk-produk sawit," kata Eddy.
Program lainnya, kata dia, pendampingan kepada UMKM yang menggunakan produk-produk sawit seperti batik berbasis sawit. Kemudian UMKM makanan yang menggunakan produk-produk sawit.
Diketahui bahwa BPDPKS telah membimbing UMKM sawit dalam pemasaran dan mempertemukannya dengan kalangan industri. Pembinaan dan pemberdayaan juga telah dilakukan melalui kerja sama dengan kalangan kampus.
Dalam sebuah kesempatan yang dihelat BPDPKS, dipamerkan adanya malam sawit. Produk turunan sawit itu dapat menggantikan lilin berbahan parafin yang biasa dia gunakan dalam pembuatan batik.
Apalagi selama ini parafin yang merupakan bahan baku lilin batik masih impor. Dari sisi kualitas, dikatakan pelaku industri dari Smart Batik Indonesia bahwa malam sawit juga lebih bagus.
Pemerintah juga terus mengkampanyekan kebaikan sawit dengan mengajak UMKM, koperasi, dan kalangan muda mengembangkan sawit dan produk turunan.
Produk kepala sawit tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan dapur seperti minyak goreng, tetapi juga dapat dijadikan bahan baku sabun, pasta gigi, kosmetik, es krim, permen, dan lainnya.
Limbah sawit juga sapat diolah menjadi produk bermanfaat seperti lilin aroma terapi, sabun tangan, sabun cuci piring, helm, dan rompi anti peluru.
Baca juga: BPDPKS: PSR untuk tingkatkan produktivitas perkebunan petani kecil
Baca juga: BPDPKS jadi "mesin waktu" petani kelapa sawit naikkan produktivitas
"Saya melihat BPDPKS adalah breakthrough, inovasi yang terbaik di masanya Pak Jokowi tahun 2015. Alasannya, pemakaian sawit di dalam negeri meningkat. Misalnya, produksi kita 100, dulu hanya 30 persen ada di domestik. Selebihnya 70 persen di pasar ekspor," kata Sahat dalam perbincangan dengan Antara, Rabu.
Perjalanan BPDPKS memang masih baru, namun dampaknya dinilai sudah dirasakan oleh negeri ini.
"Maka harga kita sangat tergantung pada ekspor, harga ekspor. Nah, sekarang sudah meningkat ke posisi 45 persen di mana pemakaian sawit untuk biodiesel itu meningkat," lanjut dia.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono menganggap aneka program yang dijalankan oleh BPDPKS sudah sangat bagus.
"GAPKI melihat program itu sudah bagus karena diadakan di berbagai kota sehingga dapat menyadarkan masyarakat kita bahwa produk sawit sangat penting yang tidak disadari bahwa masyarakat kita 24 jam bersama produk-produk sawit," kata Eddy.
Program lainnya, kata dia, pendampingan kepada UMKM yang menggunakan produk-produk sawit seperti batik berbasis sawit. Kemudian UMKM makanan yang menggunakan produk-produk sawit.
Diketahui bahwa BPDPKS telah membimbing UMKM sawit dalam pemasaran dan mempertemukannya dengan kalangan industri. Pembinaan dan pemberdayaan juga telah dilakukan melalui kerja sama dengan kalangan kampus.
Dalam sebuah kesempatan yang dihelat BPDPKS, dipamerkan adanya malam sawit. Produk turunan sawit itu dapat menggantikan lilin berbahan parafin yang biasa dia gunakan dalam pembuatan batik.
Apalagi selama ini parafin yang merupakan bahan baku lilin batik masih impor. Dari sisi kualitas, dikatakan pelaku industri dari Smart Batik Indonesia bahwa malam sawit juga lebih bagus.
Pemerintah juga terus mengkampanyekan kebaikan sawit dengan mengajak UMKM, koperasi, dan kalangan muda mengembangkan sawit dan produk turunan.
Produk kepala sawit tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan dapur seperti minyak goreng, tetapi juga dapat dijadikan bahan baku sabun, pasta gigi, kosmetik, es krim, permen, dan lainnya.
Limbah sawit juga sapat diolah menjadi produk bermanfaat seperti lilin aroma terapi, sabun tangan, sabun cuci piring, helm, dan rompi anti peluru.
Baca juga: BPDPKS: PSR untuk tingkatkan produktivitas perkebunan petani kecil
Baca juga: BPDPKS jadi "mesin waktu" petani kelapa sawit naikkan produktivitas
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: