Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah antarbank terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu pagi bergerak melemah 20 poin, dari Rp10.010 ke Rp10.030 per dolar AS, seiring dengan ekspektasi penurunan intervensi dari Bank Indonesia (BI) di pasar uang.

"Rupiah kembali ke area negatif, intervensi yang dilakukan BI di pasar uang diperkirakan sedikit mengalami penurunan sehingga pergerakan rupiah berada di level Rp10.000 per dolar AS," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, di Jakarta, Rabu.

Ia menilai kebijakan BI untuk menaikan suku bunga acuan (BI rate) belum berdampak positif seiring dengan perekonomian nasional yang sedang melambat.

"Apalagi, sebelumnya pemerintah juga telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang memperlihatkan adanya kebijakan pengetatan fiskal sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi," kata dia.

Adapun Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, menilai bahwa merebaknya kekhawatiran terhadap berlanjutnya perlambatan ekonomi China masih menjadi salah satu faktor pelemahan rupiah.

"Investor juga bersikap waspada menjelang pidato Fed's Bernanke pada Rabu malam waktu setempat yang dapat memberikan petunjuk kapan bank sentral AS akan mulai mengurangi pemberian stimulus moneternya," katanya.

Ben Shalom Bernanke adalah ekonom yang menjadi Direktur Bank Sentral AS (Federal Reserve).

Zulfirman menambahkan, tekanan nilai tukar rupiah masih cukup kuat di pasar uang domestik, dan diproyeksikan pergerakan mata uang domestik terhadap dolar AS di kisaran Rp10.000 hingga Rp10.125 per dolar AS. (*)