Jakarta (ANTARA) - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto memperkirakan konsumsi rumah tangga akan tumbuh lebih tinggi saat Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Sektor perekonomian yang juga akan ikut terkerek oleh pemilu antara lain sektor makanan, minuman, pakaian, alas kaki, jasa perawatan, transportasi, komunikasi, hotel, restoran, dan perlengkapan rumah tangga.

“Gambarannya adalah sektor-sektor fast moving consumer goods (FMCG) akan menikmati windfall hajatan 5 tahunan,” kata Eko dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2024 yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Celios: Konsumsi rumah tangga perlu terus digenjot

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Pemilu 2019 yang dilaksanakan pada kuartal II, konsumsi rumah tangga tumbuh lebih tinggi dari tiga kuartal lain yakni sebesar 5,18 persen.

Konsumsi rumah tangga yang naik karena pemilu juga diyakini turut andil dalam penurunan tingkat kemiskinan dari 9,36 persen pada Maret 2023 menjadi 9,16 persen pada 2024.

Di samping itu, tingkat kemiskinan juga turun karena bantuan sosial dan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada 2024 diperkirakan hanya akan turun tipis dari 5,32 persen menjadi 5,01 persen karena investor masih wait and see dalam berinvestasi di tahun politik.

“Sehingga penciptaan lapangan kerja terbatas. Ditambah ekonomi global juga masih redup yang menyebabkan banyak perusahaan eksportir yang masih melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja),” kata Eko.

Baca juga: BPS : Konsumsi rumah tangga topang ekonomi RI di kuartal III-2023

Karena itu, di tengah tahun politik, Indef memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,8 persen pada 2024.

Pemerintah juga diminta mewaspadai inflasi terutama karena kenaikan harga volatile food yang permintaannya berpotensi meningkat selama perhelatan pemilu 2024.

Pada 2024 inflasi diperkirakan mencapai 3,2 persen secara tahunan.

“Secara umum hajatan demokrasi lima tahunan ini tetap akan menstimulus inflasi, apalagi diikuti oleh produksi pangan yang berisiko menurun seiring pengaruh cuaca dan di sisi lain permintaan pangan saat Pemilu yang meningkat,” kata Eko dalam pemaparannya.