Puasa bisa jadi obat
16 Juli 2013 22:47 WIB
Buka Puasa di Pengungsian. Kapolda Aceh Irjen Pol Herman Effendi (kiri ujung) berbuka puasa bersama di lokasi pengungsi korban gempa Aceh Tengah dan Bener Meriah di Desa Kute Gelime, Ketol, Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Senin (15/7). Polri dan TNI terus mengawal ketat penanganan korban bencana gempa 6,2 SR tektonik darat hingga dicabutnya masa tanggap darurat 17 Juli mendatang. (ANTARA FOTO/Rahmad)
Amuntai, Kalsel (ANTARA News) - Berpuasa di Bulan Suci Ramadhan bisa menjadi obat, atau bisa dijadikan sarana terapi bagi umat Islam di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, yang resah akibat naiknya harga Sembako, musibah banjir, dan musibah yang lainnya.
"Ada hikmah dibalik tibanya bulan Ramadan 1434 Hijriah, yakni sebagai terapi bagi warga yang fikirannya terguncang akibat mahalnya sembako dan bencana yang lainnya," kata Ustadz Barkatullah Amin, di Hulu Sungai Utara, Selasa.
Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian Dadang Hawari, seorang psikiater di Jakarta, sekitar 20 persen warga ibu kota Jakarta mengalami stress akibat melambungnya harga sembako, dan berbagai musibah yang terjadi.
Penelitian di Banjarmasin, ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan, lanjutnya juga memperlihatkan kondisi yang sama dengan ibu kota, yakni, 20 persen warganya mengalami stress akibat berbagai tekanan hidup.
"Apabila Jakarta dan Banjarmasin menjadi patokan terkait kondisi stress warganya ini, kira-kira di Kota Amuntai juga menggambarkan kondisi yang hampir sama," cetusnya.
Karenanya, sambung Barkatullah, umat muslim di Kabupaten Hulu Sungai Utara, khususnya patut bersyukur dengan tibanya Ramadhan, karena bisa dijadikan sarana untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Menurutnya, pada saat Ramadhan ini lah umat muslim bisa melaksanakan berbagai amaliyah ibadah yang ditinjau dari ilmu psikoterapi, bisa menjadi obat atau terapi bagi penyembuhan kondisi stress yang di alami.
Dia menyarankan kepada umat untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan ditengah berbagai permasalahan dan himpitan hidup yang terjadi saat ini.
"Dengan berserah diri kepada-Nya kita bisa lebih sabar dan tabah dalam menjalani hidup" tandasnya.
Ia menyadari melambungnya harga kebutuhan sembako pasca dinaikannya harga BBM terlebih menjelang Ramadan menimbulkan tingkat kesulitan ditengah masyarakat, khususnya masyarakat kecil.
Karenanya, kata ustadz, masyarakat harus lebih bijak dalam menyikapi masalah yang dihadapi, diantaranya dengan melakukan penghematan, membeli keperluan hidup berdasarkan prioritas kebutuhan dan meningkatkan usaha dalam mencari penghidupan.
"Kita harus lebih kreatif dan bijak dalam menjalani hidup agar terhindar dari stress" imbuhnya.
Ia kembali mengimbau warga untuk tidak berlaku konsumtif dalam berbelanja untuk berbuka puasa maupun bagi memenuhi kebutuhan lebaran.
Masyarakat harus mampu menangkap esensi yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan, yakni, meningkatkan kesabaran, pengorbanan dan kepedulian sosial.
"Banyak dari saudara kita sesama muslim masih membutuhkan uluran tangan kita" katanya.
Dengan menjalankan ibadah puasa, maka diharapkan dapat meningkatkan rasa kebersamaan antar sesama muslim khususnya dengan membantu warga yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. (ANT)
"Ada hikmah dibalik tibanya bulan Ramadan 1434 Hijriah, yakni sebagai terapi bagi warga yang fikirannya terguncang akibat mahalnya sembako dan bencana yang lainnya," kata Ustadz Barkatullah Amin, di Hulu Sungai Utara, Selasa.
Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian Dadang Hawari, seorang psikiater di Jakarta, sekitar 20 persen warga ibu kota Jakarta mengalami stress akibat melambungnya harga sembako, dan berbagai musibah yang terjadi.
Penelitian di Banjarmasin, ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan, lanjutnya juga memperlihatkan kondisi yang sama dengan ibu kota, yakni, 20 persen warganya mengalami stress akibat berbagai tekanan hidup.
"Apabila Jakarta dan Banjarmasin menjadi patokan terkait kondisi stress warganya ini, kira-kira di Kota Amuntai juga menggambarkan kondisi yang hampir sama," cetusnya.
Karenanya, sambung Barkatullah, umat muslim di Kabupaten Hulu Sungai Utara, khususnya patut bersyukur dengan tibanya Ramadhan, karena bisa dijadikan sarana untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Menurutnya, pada saat Ramadhan ini lah umat muslim bisa melaksanakan berbagai amaliyah ibadah yang ditinjau dari ilmu psikoterapi, bisa menjadi obat atau terapi bagi penyembuhan kondisi stress yang di alami.
Dia menyarankan kepada umat untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan ditengah berbagai permasalahan dan himpitan hidup yang terjadi saat ini.
"Dengan berserah diri kepada-Nya kita bisa lebih sabar dan tabah dalam menjalani hidup" tandasnya.
Ia menyadari melambungnya harga kebutuhan sembako pasca dinaikannya harga BBM terlebih menjelang Ramadan menimbulkan tingkat kesulitan ditengah masyarakat, khususnya masyarakat kecil.
Karenanya, kata ustadz, masyarakat harus lebih bijak dalam menyikapi masalah yang dihadapi, diantaranya dengan melakukan penghematan, membeli keperluan hidup berdasarkan prioritas kebutuhan dan meningkatkan usaha dalam mencari penghidupan.
"Kita harus lebih kreatif dan bijak dalam menjalani hidup agar terhindar dari stress" imbuhnya.
Ia kembali mengimbau warga untuk tidak berlaku konsumtif dalam berbelanja untuk berbuka puasa maupun bagi memenuhi kebutuhan lebaran.
Masyarakat harus mampu menangkap esensi yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan, yakni, meningkatkan kesabaran, pengorbanan dan kepedulian sosial.
"Banyak dari saudara kita sesama muslim masih membutuhkan uluran tangan kita" katanya.
Dengan menjalankan ibadah puasa, maka diharapkan dapat meningkatkan rasa kebersamaan antar sesama muslim khususnya dengan membantu warga yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. (ANT)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013
Tags: