Kemenko Marves: penanganan polusi udara perlu strategi komprehensif
5 Desember 2023 18:22 WIB
Partner Systemiq & Lead Author of the Breakthrough Effect in ASEAN Mark Meldrum, Deputy CEO BloombergNEF Andrew Cheunh, CEO Utomo Charge+ dan Wakil Deputi Net Zero Hub Kadin Indonesia Anthony Utomo, Deputi Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin, Director and Chief of Staff SEforALL Kanika Chawla, President Director of Kalla Group Solihin J Kalla, Ketua Kadin Net Zero Hub Dharsono Hartono (kiri ke kanan) berfoto di sesi konferensi COP28 di Dubai, UEA, Senin (4/12/2023). (ANTARA/HO-Kadin Indonesia)
Palembang (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menegaskan penanganan polusi udara memerlukan strategi yang komprehensif dan jangka panjang.
Deputi Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin dalam sesi Conference of the Parties 28 (COP28) di Dubai, UEA, Senin (4/12), menyebut polusi udara merupakan sebuah tantangan yang muncul setelah melalui akumulasi waktu, seperti halnya masalah kesehatan.
“Polusi udara bisa disamakan dengan masalah kesehatan seperti obesitas, oleh karena itu, seperti halnya obesitas, kita tidak bisa mengharapkan hasil instan melalui pendekatan cepat, seperti berpuasa sehari dan langsung sehat. Kita harus mengubah gaya hidup kita,” katanya dalam keterangan di Palembang, Selasa.
Rachmat mengatakan polusi udara berasal dari sumber emisi yang sama, yakni aktivitas manusia yang menggunakan tenaga pembakaran seperti transportasi dan industri. Jalan keluar untuk mengatasi kedua masalah tersebut sebenarnya serupa.
“Oleh karena itu, jika kita bisa berkomitmen untuk mengurangi emisi secara komprehensif, maka kita upaya ini dapat membantu mengatasi polusi udara, dan begitu pula dengan sebaliknya,” katanya.
Pemerintah Indonesia sendiri tengah menggalakkan program elektrifikasi sektor transportasi. Di samping itu, pemerintah juga tengah mendorong dekarbonisasi sektor pembangkit listrik dan mempromosikan pengelolaan limbah ramah lingkungan yang membuka peluang bagi sektor swasta.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia Shinta Kamdani menyebut transisi menuju ekonomi rendah karbon kini berjalan dengan cepat di Indonesia, yang menawarkan peluang bagi dunia usaha.
“Pertumbuhan EV dan bahan bakar alternatif seperti biofuel atau bioetanol menawarkan peluang untuk menurunkan tingkat polusi udara dan emisi karbon, dan sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di industri hijau," ujarnya.
Shinta menilai upaya kolektif yang melibatkan kolaborasi internasional antara pemerintah dan mitra non-pemerintah sangat penting untuk mengatasi tantangan yang mendesak ini, serta menjamin masa depan yang berkelanjutan dan lebih sehat bagi seluruh penduduk dunia.
Deputi Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin dalam sesi Conference of the Parties 28 (COP28) di Dubai, UEA, Senin (4/12), menyebut polusi udara merupakan sebuah tantangan yang muncul setelah melalui akumulasi waktu, seperti halnya masalah kesehatan.
“Polusi udara bisa disamakan dengan masalah kesehatan seperti obesitas, oleh karena itu, seperti halnya obesitas, kita tidak bisa mengharapkan hasil instan melalui pendekatan cepat, seperti berpuasa sehari dan langsung sehat. Kita harus mengubah gaya hidup kita,” katanya dalam keterangan di Palembang, Selasa.
Rachmat mengatakan polusi udara berasal dari sumber emisi yang sama, yakni aktivitas manusia yang menggunakan tenaga pembakaran seperti transportasi dan industri. Jalan keluar untuk mengatasi kedua masalah tersebut sebenarnya serupa.
“Oleh karena itu, jika kita bisa berkomitmen untuk mengurangi emisi secara komprehensif, maka kita upaya ini dapat membantu mengatasi polusi udara, dan begitu pula dengan sebaliknya,” katanya.
Pemerintah Indonesia sendiri tengah menggalakkan program elektrifikasi sektor transportasi. Di samping itu, pemerintah juga tengah mendorong dekarbonisasi sektor pembangkit listrik dan mempromosikan pengelolaan limbah ramah lingkungan yang membuka peluang bagi sektor swasta.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia Shinta Kamdani menyebut transisi menuju ekonomi rendah karbon kini berjalan dengan cepat di Indonesia, yang menawarkan peluang bagi dunia usaha.
“Pertumbuhan EV dan bahan bakar alternatif seperti biofuel atau bioetanol menawarkan peluang untuk menurunkan tingkat polusi udara dan emisi karbon, dan sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di industri hijau," ujarnya.
Shinta menilai upaya kolektif yang melibatkan kolaborasi internasional antara pemerintah dan mitra non-pemerintah sangat penting untuk mengatasi tantangan yang mendesak ini, serta menjamin masa depan yang berkelanjutan dan lebih sehat bagi seluruh penduduk dunia.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: