Jakarta (ANTARA) - Menteri Sosial (Mensos) RI Tri Rismaharini menilai sosok mendiang Letjen TNI (Purn.) layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional berkat jasa-jasa dan kontribusi dia terhadap bangsa dan negara semasa hidupnya.

Walaupun demikian, Tri Rismaharini, yang populer dengan nama Risma, menjelaskan nama-nama calon pahlawan nasional perlu diusulkan dari daerah mereka berasal.

“Menurut saya, (Doni Monardo) layak menjadi pahlawan nasional. Pak Doni sangat rendah hati, beliau gak mau menonjol-nonjolkan, dedikasinya dan kerjanya bisa dirasakan,” kata Mensos RI saat ditemui di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Senin, selepas upacara militer pemakaman Letjen TNI (Purn.) Doni Monardo.

Di lokasi yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menanggapi pernyataan tersebut.

Dia mengatakan usulan nama-nama calon pahlawan nasional, termasuk Doni Monardo, jika ingin diusulkan sebagai salah satu calon perlu melewati rangkaian tahapan.

“Itu sangat bergantung kepada kesepakatan keluarga, terutama dari mana instansi beliau berasal, dari daerah mana, kemudian ada evaluasi, dari seminar-seminar, kemudian baru kita lihat layak atau tidaknya sebagai pahlawan nasional,” kata Muhadjir menjawab pertanyaan wartawan saat dia ditemui juga selepas menghadiri upacara pemakaman Doni Monardo di TMP Kalibata.

Sementara itu, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menanggapi usulan nama calon pahlawan nasional tentunya ada ketentuannya.

“Ada aturannya, dari bidang personel, nanti kami akan mengusulkan,” kata Agus Subiyanto menjawab pertanyaan wartawan saat dia ditemui selepas memimpin upacara pemakaman Doni Monardo di TMP Kalibata.

Dia melanjurkan ada kriteria yang mengatur jika memang wacana itu masuk tahap final.

Tidak hanya usulan untuk pahlawan nasional, Agus juga membuka kemungkinan nama Doni Monardo diabadikan sebagai nama gedung atau sarana prasarana di lingkungan TNI.

Dia melanjutkan TNI bakal mengkaji wacana mengusulkan nama Doni Monardo sebagai pahlawan nasional, terutama mengingat jasa almarhum dalam penanggulangan pandemi Covid-19.

“Nanti bidang personel yang akan kaji,” kata Agus Subiyanto.

Doni Monardo, yang lahir di Cimahi, Jawa Barat, tanggal 10 Mei 1963, wafat pada usia 60 tahun di ruang ICU RS Siloam Semanggi, Jakarta, Minggu (3/12).

Doni wafat karena sakit terutama setelah dia dirawat secara intensif di RS Siloam Semanggi sejak 22 September 2023 karena kesehatannya terus menurun.

Dalam rangkaian prosesi pemakaman, jenazah Doni Monardo disemayamkan di rumah duka di daerah BSD, Tangerang Selatan, Minggu malam, kemudian dibawa ke Markas Komando (Mako) Kopassus Cijantung, Senin pagi, untuk upacara penghormatan dari Korps “Baret Merah” di Balai Komando Kopassus. Di Balai Komando, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto datang langsung dan memberikan penghormatan terakhirnya kepada Doni Monardo.

Jasad Doni Monardo kemudian dibawa ke TMP Kalibata, Jakarta, Senin, untuk dikebumikan di tempat peristirahatan terakhirnya.

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto memberikan penghormatan terakhirnya kepada seniornya itu dengan memimpin upacara pemakaman secara militer.

Semasa hidup, Doni Monardo mengabdikan sebagian besar waktunya sebagai prajurit TNI dan sebagai kepala BNPB sampai akhirnya pensiun.

Doni mengawali karier militernya di satuan tempur infanteri dan tergabung dalam Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sejak 1986-1998.

Beberapa operasi penting pun turut melibatkan Doni, diantaranya di Timor-Timor dan Aceh pada masa-masa konflik.

Beberapa jabatan strategis yang pernah diemban oleh Doni Monardo di antaranya Komandan Batalyon (Danyon) 11 Grup 1/Kopassus (1998-1999), Danyonif 741/Satya Bhakti Wirottama (1999-2001), Dandenma Paspampres (2001-2003), Kepala Tim (Katim) Analis Intel Kolakoops TNI (2003-2004), Wakil Asisten Operasi Komandan Paspampres (2004-2006), dan Komandan Brigif Lintas Udara 3/Tri Budi Mahasakti (2006-2008).

Berikutnya, Komandan Grup A Paspampres (2008-2010), Danrem 061/Surya Kencana (2010-2011), Wakil Komandan Jenderal Kopassus (2011-2012), Komandan Paspampres (2012-2014), Danjen Kopassus (2014-2015), Pangdam XVI/Pattimura (2015-2017), Pangdam III/Siliwangi (2017-2018), dan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (2018-2019) pun menjadi jabatan terakhirnya di lingkungan militer.

Kemudian, semasa dia menyandang pangkat jenderal bintang tiga, Doni mengemban tugas sebagai Kepala BNPB periode 2019-2021. Penugasan Doni di BNPB tentu bukan masa yang mudah, karena saat itu dunia, tak terkecuali Indonesia, menghadapi pandemi COVID-19.

Presiden Joko Widodo sejak 13 April 2020 menetapkan Indonesia sebagai darurat COVID-19 dan Doni mengemban tugas penting sebagai kepala Satgas Penanggulangan COVID-19.

Doni kemudian mengakhiri jabatannya di BNPB pada 2021.

Selepas purnatugas sebagai kepala BNPB, Doni Monardo menerima penghargaan dari berbagai lembaga, termasuk dari Presiden RI Joko Widodo.

Presiden pada Maret 2023 memberi penghargaan penanggulangan COVID-19 kepada Doni Monardo. Penghargaan itu diberikan Presiden berkat terobosan Doni yang menerapkan strategi pentahelix dalam penanggulangan COVID-19.

Berkat strategi pentahelix, COVID-19 ditangani gotong royong melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari BNPB, Kementerian Kesehatan, TNI/Polri, kelompok masyarakat, media massa, akademisi, dan lembaga-lembaga terkait lainnya, bahkan swasta.
Baca juga: Kasad: Banyak "legacy" yang ditinggalkan Doni Monardo
Baca juga: KSAD Maruli: Kalau sudah Doni Monardo menegur, bangga sekali kami
Baca juga: Agus Subiyanto akui pencapaiannya jadi panglima berkat Doni Monardo
Baca juga: Panglima TNI pimpin upacara pemakaman Doni Monardo di TMP Kalibata