Dewan Guru Besar UI beri solusi tangani "food waste" di Indonesia
3 Desember 2023 10:24 WIB
Dewan Guru Besar (DGB) UI saat mengadakan webinar bertajuk “Pangan untuk Semua: Menggugah Kesadaran terhadap Food Waste di Indonesia”, ANTARA/HO-Humas UI.
Depok (ANTARA) - Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) memberikan solusi penanganan yang tepat dalam fenomena food waste (makanan yang tersisa) di Indonesia.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Prof Bambang Wispriyono dalam keterangan yang diterima di Depok, Minggu, mengatakan food waste terbagi menjadi tiga, yakni not avoidable waste (tidak dapat dihindari dari rantai konsumsi), facultative avoidable waste (terjadi karena kebiasaan konsumen yang berbeda), serta avoidable waste (bisa dihindari melalui pengolahan food waste, seperti program komposisasi).
Oleh karena itu, katanya, dibutuhkan pemahaman lebih lanjut mengenai pengelolaan berbagai jenis food waste.
Baca juga: NFA berkonsultasi dengan Kemenkumham susun RUU Food Waste
Sementara Guru Besar Fakultas Teknik UI Prof Paramita Atmodiwirjo menyebutkan beberapa langkah yang dapat diterapkan. Ia mengutip penjelasan The Urban Food System Approach tentang bagaimana makanan melewati tahap panjang, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, hingga sisa makanan dibuang.
"Food waste dapat dicegah jika konsumen mempertimbangkan beberapa hal sebelum membelinya, seperti berapa lama makanan dapat disimpan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan, serta apakah kemasan dapat didaur ulang. Selain itu, konsumen harus memanajemen penyimpanan makanan agar tidak menjadi limbah," katanya.
Dosen Fakultas Psikologi UI Dr Ratna Djuwita mengatakan food wast merupakan akibat dari perilaku manusia, sehingga masuk dalam ruang lingkup psikologi lingkungan.
Perilaku food waste berpotensi membuat sisa makanan menjadi tumpukan sampah atau limbah makanan. Berdasarkan Theory of Planned Behavior, jika ingin mengubah perilaku food waste dapat dilihat dari intensi atau niat untuk menguranginya.
Hal tersebut didorong oleh adanya sikap terhadap intensi, norma diri atau harapan sosial, serta persepsi terhadap kemampuan mencegah food wast.
Menurut dia, terdapat berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlanjutan pencegahan food waste seperti sosialisasi, serta pengaturan kebijakan dengan menyediakan mini food bank, yakni kegiatan mengumpulkan dan mendistribusikan makanan untuk mencegah kesenjangan pangan.
"Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi limbah makanan, terutama yang dihasilkan di lingkungan kampus," ujar Ratna.
Baca juga: Indonesia dan Denmark kerja sama atasi "food loss and waste "
Baca juga: Pemprov Lampung gencar edukasi "food waste," cegah kerawanan pangan
Sedangkan Founder Food Bank of Indonesia Muhammad Hendro Utomo menyatakan kemubaziran pangan dapat mendorong kehidupan manusia menjadi lebih lestari dan adil. Organisasi Bank Pangan yang dipimpinnya menjadi salah satu elemen sosial yang mendukung sistem pangan berkelanjutan.
Hal itu mewakili triple win dalam komunitas mereka, yaitu mengurangi pemborosan makanan dan melindungi lingkungan; memberikan bantuan makanan kepada orang yang kelaparan dan memperkuat masyarakat melalui dukungan lembaga kemanusiaan setempat.
Meski demikian, masyarakat harus lebih teliti dalam kegiatan konsumsi karena food waste tidak hanya berkaitan dengan produk makanan, tetapi juga produk non-makanan seperti kemasan produk yang sulit didaur ulang.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Prof Bambang Wispriyono dalam keterangan yang diterima di Depok, Minggu, mengatakan food waste terbagi menjadi tiga, yakni not avoidable waste (tidak dapat dihindari dari rantai konsumsi), facultative avoidable waste (terjadi karena kebiasaan konsumen yang berbeda), serta avoidable waste (bisa dihindari melalui pengolahan food waste, seperti program komposisasi).
Oleh karena itu, katanya, dibutuhkan pemahaman lebih lanjut mengenai pengelolaan berbagai jenis food waste.
Baca juga: NFA berkonsultasi dengan Kemenkumham susun RUU Food Waste
Sementara Guru Besar Fakultas Teknik UI Prof Paramita Atmodiwirjo menyebutkan beberapa langkah yang dapat diterapkan. Ia mengutip penjelasan The Urban Food System Approach tentang bagaimana makanan melewati tahap panjang, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, hingga sisa makanan dibuang.
"Food waste dapat dicegah jika konsumen mempertimbangkan beberapa hal sebelum membelinya, seperti berapa lama makanan dapat disimpan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan, serta apakah kemasan dapat didaur ulang. Selain itu, konsumen harus memanajemen penyimpanan makanan agar tidak menjadi limbah," katanya.
Dosen Fakultas Psikologi UI Dr Ratna Djuwita mengatakan food wast merupakan akibat dari perilaku manusia, sehingga masuk dalam ruang lingkup psikologi lingkungan.
Perilaku food waste berpotensi membuat sisa makanan menjadi tumpukan sampah atau limbah makanan. Berdasarkan Theory of Planned Behavior, jika ingin mengubah perilaku food waste dapat dilihat dari intensi atau niat untuk menguranginya.
Hal tersebut didorong oleh adanya sikap terhadap intensi, norma diri atau harapan sosial, serta persepsi terhadap kemampuan mencegah food wast.
Menurut dia, terdapat berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlanjutan pencegahan food waste seperti sosialisasi, serta pengaturan kebijakan dengan menyediakan mini food bank, yakni kegiatan mengumpulkan dan mendistribusikan makanan untuk mencegah kesenjangan pangan.
"Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi limbah makanan, terutama yang dihasilkan di lingkungan kampus," ujar Ratna.
Baca juga: Indonesia dan Denmark kerja sama atasi "food loss and waste "
Baca juga: Pemprov Lampung gencar edukasi "food waste," cegah kerawanan pangan
Sedangkan Founder Food Bank of Indonesia Muhammad Hendro Utomo menyatakan kemubaziran pangan dapat mendorong kehidupan manusia menjadi lebih lestari dan adil. Organisasi Bank Pangan yang dipimpinnya menjadi salah satu elemen sosial yang mendukung sistem pangan berkelanjutan.
Hal itu mewakili triple win dalam komunitas mereka, yaitu mengurangi pemborosan makanan dan melindungi lingkungan; memberikan bantuan makanan kepada orang yang kelaparan dan memperkuat masyarakat melalui dukungan lembaga kemanusiaan setempat.
Meski demikian, masyarakat harus lebih teliti dalam kegiatan konsumsi karena food waste tidak hanya berkaitan dengan produk makanan, tetapi juga produk non-makanan seperti kemasan produk yang sulit didaur ulang.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023
Tags: