Lebak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten menargetkan saba budaya Badui sebanyak 40.000 wisatawan tahun 2023, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat adat di daerah itu.

"Kita meyakini target itu bisa terealisasi karena sampai sekarang sudah mencapai

35.920 wisatawan terdiri dari wisatawan domestik 35.781 dan wisatawan mancanegara 39 orang," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak Imam Rismahayadin di Lebak, Sabtu.

Pemerintah Kabupaten Lebak hingga kini terus mengoptimalkan promosi untuk memperkenalkan saba budaya Badui guna menarik wisatawan domestik dan mancanegara.

Sebab, sektor pariwisata menyumbangkan ekonomi cukup besar untuk peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat setempat.

Kehadiran saba budaya Badui itu salah satu ikon pariwisata Kabupaten Lebak, bahkan mendunia.

Oleh karena itu, pihaknya menargetkan pengunjung ke saba budaya Badui sebanyak 40.000 wisatawan.

"Kami optimistis target kunjungan saba budaya Badui melebihi target, karena saat ini memasuki musim durian dan dipastikan liburan tahun baru 2024 kawasan pemukiman Badui dipadati wisatawan," kata Imam.

Menurut dia, saat ini, pendapatan ekonomi masyarakat Badui luar biasa, karena musim durian dari awal November 2023 dipastikan menggulirkan perputaran uang hingga miliaran rupiah.

Musim durian merupakan bonus tersendiri bagi masyarakat Badui, karena setiap hari pengunjung dari berbagai daerah cenderung meningkat, terlebih akhir pekan kondisi jalan di pemukiman Badui cukup padat.

Panen musim buah durian itu memiliki daya tarik pengunjung untuk wisata alam sambil menikmati lezatnya durian khas pertanian masyarakat Badui.

Selain itu juga pengunjung banyak pencinta kerajinan masyarakat Badui di antaranya kain tradisional, baju kampret, ikat kepala atau lomar, selendang, baju batik khas Badui, tas koja, golok, suvenir dan minuman madu.

"Semua produk yang ada di Badui baik buah durian dan aneka kerajinan relatif murah dan terjangkau mulai Rp10 ribu sampai Rp350 ribu," katanya menjelaskan.

Menurut dia, para penggiat saba budaya Badui dan lembaga adat setempat mengedukasi kepada para pengunjung juga masyarakat itu sendiri agar dapat menjaga adat istiadat dan norma yang berlaku di wilayah adat Badui.

Selain itu juga dapat menjaga ketertiban, keamanan dan kebersihan dengan kata lain sapta pesonanya harus jalan baik pribumi maupun pengunjung.

Selain pengunjung musiman untuk pengunjung tematik terutama banyak mahasiswa, dosen dan juga penggiat yang belajar serta meneliti kearifan lokal masyarakat Badui dalam hal menjaga alam serta bersinergi dengan alam.

Dimana komitmen masyarakat Badui menjaga dan melestarikan alam menjadi kewajiban, seperti pepatah mereka "gunung ulah di lebur, Lebak ulah di rusak, pendek teu meunang disambung lojor teu meunang di potong" yang mengandung makna sangat dalam di era globalisasi sekarang ini untuk menjaga alam berkata jujur dan apa adanya.

"Saya kira pepatah masyarakat Badui jika alam mengalami kerusakan dipastikan menimbulkan malapetaka bencana alam," kata Imam.


Baca juga: Sandiaga Uno: Desa Wisata Saba Budaya Badui masuk 50 terbaikADWI

Baca juga: Badui perkenalkan Saba Budaya Badui