Jakarta (ANTARA) - Ada sejumlah tantangan khusus bagi Indonesia jika ingin memiliki industri otomotif dalam negeri seperti negara-negara di Asia pada umumnya yang telah lebih dahulu memiliki jenama otomotif lokal dan sudah mendunia.

Merek-merek otomotif lokal itu dihadapkan sejumlah tantangan khusus yang tidak akan mudah, namun bukan berarti tidak bisa diatasi.

Setidaknya terdapat sembilan tantangan yang wajib dihadapi dengan bijak oleh Pemerintah jika memang ingin benar-benar memiliki jenama sendiri dalam industri otomotif baik roda empat maupun roda dua.

Tantangan pertama, Indonesia harus bisa fokus dalam memberikan peningkatan kemampuan teknologi dan inovasi dalam industri otomotif, yang melibatkan langkah-langkah seperti mengakuisisi atau mengembangkan teknologi terkini untuk merancang, memproduksi, dan memasarkan kendaraan yang dapat bersaing di tingkat global.

Indonesia juga sudah harus mempersiapkan berbagai keperluan terutama dalam hal sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang desain, teknik otomotif, dan manufaktur, marketing, hingga menjalin kolaborasi dengan perguruan tinggi

Syarat tersebut menjadi pijakan penting untuk menyediakan tenaga kerja yang siap bekerja di industri otomotif yang selalu dituntut secara berkelanjutan memutakhirkan fitur beserta teknologinya.

Tantangan lainnya yang tak kalah penting adalah adanya sebuah kebijakan atau regulasi yang dapat memberikan pertumbuhan positif bagi industri otomotif lokal seperti adanya penyusunan insentif fiskal, perlindungan hukum, dan regulasi yang mendukung inovasi.

Dengan tren yang sekarang sudah bergerak ke ranah elektrifikasi di berbagai dunia, Indonesia--jika berniat membangun merek otomotif sendiri-- juga wajib mengikuti tren industri otomotif global yang sudah menciptakan kendaraan ramah lingkungan.

Untuk itu, penting dalam mempersiapkan berbagai kebutuhan seperti meningkatkan infrastruktur yang mendukung produksi otomotif khususnya EV (electric vehincle) seperti energi dan ekosistem logistik yang menjadi esensial dalam mengurangi biaya produksi serta meningkatkan efisiensi operasional nantinya.

Tantangan selanjutnya adalah Indonesia harus bisa menciptakan kolaborasi yang sejalan dengan berbagai pihak, agar nantinya produk-produk otomotif lokal bisa diterima diberbagai kalangan.

Melibatkan berbagai persiapan produk yang dapat bersaing di pasar global itu sangat penting dan harus melibatkan pemahaman tren pasar internasional serta pengembangan strategi pemasaran, agar nantinya berjalan efektif.

Untuk menciptakan ekosistem otomotif lokal, Indonesia juga harus memiliki kesadaran dalam mengelola dampak lingkungan dari produksi otomotif dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan berusaha mengurangi jejak karbon serta dampak lingkungan lainnya.

Tantangan terakhir yang krusial dalam industri otomotif adalah membangun kemitraan dengan berbagai perusahaan otomotif global terutama menyangkut dalam hal teknologi, pengetahuan, dan pengalaman.

“Memahami dan merespons kebutuhan serta preferensi konsumen adalah tantangan terakhir. Produk otomotif Indonesia harus memiliki daya tarik yang kompetitif dan memenuhi standar kualitas internasional,” papar pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu


Dukungan masyarakat lokal

Cita-cita Indonesia untuk memiliki industri otomotif lokal sudah lama ditanamkan oleh para pemangku kebijakan sejak tahun 1950-an, ketika Menteri Perhubungan Republik Indonesia kala itu dijabat Ir. Loah.

Keinginan itu tercetus ketika Loah mendirikan NV Indonesia Service Company (ISC), yang memiliki mimpi agar Indonesia tidak menjadi “tukang warung” yang menadah barang dagangan dari pengusaha dan pedagang asing yang berabad-abad telah menjadi parasit dan pengisap darah bangsa Indonesia seperti yang tertulis dalam buku

Menghadapi "kue" pasar EV Indonesia dan global yang terus membesar, negeri ini harus menjadi pemain utama pada era mobil listrik.

Oleh karena itu, keterbiasaan menggunakan produk luar negeri hingga saat ini menjadi tantangan lain dalam membentuk ekosistem kendaraan dalam negeri. Kesadaran untuk beralih ke produk dalam negeri harus lebih digencarkan dengan berbagai cara.

Bangsa Indonesia harus bisa mengatasi faktor-faktor penghalang, seperti persepsi masyarakat terhadap kualitas yang lebih baik pada kendaraan impor, harga yang lebih tinggi, dan perlu ditingkatkannya dukungan fasilitas pemerintah bagi industri kendaraan buatan Indonesia.

Untuk itu, kata Yannes kepada ANTARA, perlu adanya berbagai langkah strategis yang dapat membangun kesadaran untuk mengubah pola pikir para konsumen lokal melalui riset, inovasi, dan adopsi teknologi mutakhir oleh pabrikan dalam negeri.

Betapa pentingnya kampanye dan edukasi publik secara masif dilakukan Pemerintah dan asosiasi industri untuk meningkatkan kepercayaan terhadap kendaraan buatan Indonesia nantinya.

Bentuk dukungan yang masih bisa dijangkau dalam waktu dekat, antara lain, dengan mengeluarkan kebijakan insentif dan juga afirmasi yang terus-menerus dilakukan. Alhasil, akan dapat membentuk pola pikir kurang apresiatif yang selama ini terpatri dengan di benak konsumen, bisa melunak sedikit demi sedikit.

Ketika semua sudah dijalankan dengan baik dan sungguh-sungguh, bukan tidak mungkin Indonesia yang memiliki berbagai kebutuhan untuk industri masa depan, bakal menjadi pemain utama di sektor industri otomotif ke depannya.

Dengan implementasi strategi kolaboratif antara pelaku industri, Pemerintah, dan masyarakat, secara bertahap kendaraan 'Made in Indonesia' dapat menjadi pilihan utama konsumen domestik yang memiliki daya saing global.

Tren dan dinamika industri otomotif dunia tersebut memiliki dampak bagi Indonesia, hingga kini. Apalagi dengan penduduk lebih dari 275 juta jiwa, negeri ini merupakan pasar otomotif yang sangat besar dan prospektif.

Penjualan mobil baru di Indonesia per tahun dalam kisaran satu juta unit, sedangkan sepeda motor mencapai 6 juta unit lebih.

Dengan potensi pasar otomotif demikian besar, sudah saatnya Indonesia memiliki merek kendaraan bermotor sendiri.

Bagi Indonesia, dunia otomotif bukan hal baru karena sejak awal abad 19, negeri ini sudah menjadi bagian dari industri otomotif global.