“Kelestarian keanekaragaman hayati sangat penting dilakukan melalui perubahan perilaku, dan ini perlu ditanamkan sejak usia dini melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan," kata CEO WWF Indonesia Aditya Bayunanda dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Ia juga meyakini bahwa program ini dapat menjawab persoalan di bidang pendidikan dan pembangunan melalui beberapa aktivitas yang berdampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Riau, dari 8,9 juta hektare luas Provinsi Riau, 4,3 juta hektarenya merupakan areal komoditas perkebunan.
"Berdasarkan data ini, perubahan perilaku mulai dari anak usia sekolah hingga praktik baik pengelolaan perkebunan yang baik bagi masyarakat skala kecil harus dilakukan," kata Aditya.
Kabupaten Kuantan Singingi merupakan pusat perkembangan sosial budaya lokal yang memiliki kawasan bernilai ekosistem penting bagi satwa liar dilindungi dan juga penunjang hidup manusia. Kawasan ini mengalami tekanan akibat praktik pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan dan ekspansi lahan bagi perkebunan monokultur serta pertanian, utamanya pergeseran dari karet alam ke sawit.
Ekspansi perkebunan sawit tersebut dinilai WWF dan Save the Children dapat mengancam pelestarian keanekaragaman hayati dan berdampak pada ekologi karena ketidaksiapan sistem pengelolaan, sehingga diperlukan upaya konservasi.
"Save the Children menyadari betapa pentingnya inisiatif ini dalam meningkatkan kesejahteraan anak di Riau. Program ini merupakan langkah nyata dalam menjaga keberlanjutan ekosistem, dan dengan melibatkan anak diharapkan mereka memahami pentingnya menjaga lingkungan untuk generasi mendatang," kata Interim CEO Save the Children Indonesia Kurwiany Ukar.
Menurut Kurwiany, penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga keanekaragaman hayati tetap terjaga, sehingga program Basamo ini juga akan mendampingi masyarakat petani karet alam untuk melakukan serangkaian praktik baik pertanian karet secara berkelanjutan, dan juga meningkatkan ekonomi secara signifikan.
"Program Basamo merupakan solusi menjaga keanekaragaman hayati dan memulihkan ekosistem dengan menggunakan cara bertani yang alami sesuai kearifan lokal, dan di saat yang bersamaan melibatkan anak dalam sistem perlindungan serta memberikan pendidikan yang berfokus pada pembangunan keberlanjutan," katanya.
Proyek ini akan diimplementasikan di tiga desa di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, yakni Desa Pangkalan Indarung (Kecamatan Hulu Singingi), Desa Lubuk Ambacang (Kecamatan Hulu Kuantan), dan Desa Teluk Beringin (Kecamatan Gunung Toar).