Jakarta (ANTARA) - Google DeepMind menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk memprediksi struktur dari lebih dari 2 juta material baru, yang dinilai sebagai terobosan yang dapat segera diaplikasikan guna mengembangkan teknologi di dunia nyata.

Dalam kajian yang dipublikasikan jurnal sains Nature, disiarkan Reuters, Kamis (30/11) waktu setempat, perusahaan AI milik Alphabet tersebut mengatakan hampir 400 ribu dari desain material yang dibuat itu bisa segera diproduksi di laboratorium. Terdapat sejumlah kemungkinan penggunaan material-material yang dihasilkan dari riset itu, termasuk produksi baterai dengan performa lebih baik, panel surya, serta chip komputer.

AI milik DeepMind dilatih dengan data dari Materials Project, sebuah grup riset internasional yang ditemukan di Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley pada 2011, di mana dalam data tersebut terdapat riset-riset tentang sekitar 50 ribu material yang sudah diketahui.

Baca juga: AI DeepMind dari Google mampu kenali penyakit mata

"Kami berharap perkembangan-perkembangan besar dalam eksperimen, sintesis otonom, dan model-model pembelajaran mesin dapat mengurangi jangka waktu secara signifikan, dari yang tadinya 10 hingga 20 tahun, menjadi sesuatu yang lebih mudah dikelola," kata seorang periset DeepMind Ekin Dogus Cubuk.

Penemuan dan penciptaan material baru dapat menjadi sebuah proses yang memakan biaya yang mahal serta waktu yang lama. Sebagai contoh, perlu riset selama dua dekade hingga akhirnya baterai lithium-ion —yang di masa kini digunakan sebagai sumber tenaga untuk semua barang, mulai dari ponsel pintar, laptop, hingga kendaraan elektrik— sebelum akhirnya dapat dipasarkan.

Perusahaan tersebut mengatakan, mereka akan membagikan data mereka ke komunitas periset, dengan harapan dapat mendorong terobosan-terobosan baru dalam penemuan material.

"Industri cenderung menghindari risiko ketika ada sangkut-paut soal peningkatan biaya, dan material-material baru umumnya butuh waktu hingga akhirnya dapat menjadi lebih hemat secara biaya," kata direktur Materials Project Kristin Persson.

"Seandainya kita bisa mengecilkan itu, bahkan sekecil apapun, itu bisa dibilang sebagai terobosan nyata," dia menambahkan.

DeepMind mengatakan setelah menggunakan AI untuk memprediksi stabilitas material-material tersebut, mereka kini berfokus untuk memprediksi kemungkinan material-material tersebut dapat dibuat di laboratorium.

Baca juga: Google Bard bawa fitur Respond in Real Time dan Skip Response

Baca juga: Pakar: Keberadaan AI bukan akhir manusia, namun pendamping Manusia

Baca juga: Nezar tekankan perlunya tata kelola AI pastikan pemanfaatan yang aman