Peneliti: Korea Utara uji mesin roket
11 Juli 2013 23:52 WIB
ilustrasi Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un (tengah) menggunakan teropong untuk melihat lebih lanjut wilayah Selatan dalam kunjungannya ke Detasemen Pertahanan Pulau Jangjae dan Detasemen Pertahanan Pahlawan Pulau Mu di depan, dekat perbatasan dengan Korea Selatan, barat daya Pyongyang pada Kamis (7/3). (REUTERS/KCNA/Files)
Seoul (ANTARA News) - Korea Utara menguji mesin roket pada awal tahun ini dalam upaya mengembangkan kemampuan peluru kendalinya, kata peneliti Amerika Serikat pada Kamis setelah melihat gambar baru satelit.
Gambar roket Tongchang-ri berbasis di bagian baratlaut negara itu mengisyaratkan Korea Utara setidak-tidaknya melakukan "satu atau lebih uji mesin roket" pada akhir Maret atau awal April, kata Lembaga Korea-AS di Universitas Johns Hopkins.
Tempat peluncuran roket, juga diketahui sebagai stasiun peluncuran Satelit Sohae, adalah basis dari negara komunis itu sukses meluncurkan roket pada akhir Desember, setelah usahanya gagal pada April di tahun yang sama.
Pyongyang mengklaim keduanya adalah proyek ilmu pengetahuan untuk perdamaian dengan menempatkan satelit Unha ke orbitnya. Komunitas internasional, yang secara luas mengutuk peluncuran roket pada Desember, berpandangan mereka (Korut) menyamarkan tes rudal balistik jarak jauh yang dilarang resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ahli Pencitraan, Nick Hansen mengatakan tes mesin itu adalah "sebuah kunci bagian" usaha untuk membangun misil jarak jauh.
Dia mengatakan gambar terakhir menunjukkan aktivitas termasuk pergerakan tank bahan bakar disekitar landasan peluncuran roket dan tujuh gerbong kereta yang potensial membawa mesin, peralatan lain dan teknisi untuk tes tempat peluncuran.
Mereka juga menunjukkan sebuah noda berwarna oranye yang khas dalam api parit, didesain untuk melindungi roket dari gas buang, di landasan peluncuran yang mirip dengan yang ditampilkan pada peluncuran roket sebelumnya, kata Nick.
"Uji mesin roket, sementara kurang terlihat, juga penting dalam pengembangan tekonologi," tulis Hansen di blog institutnya 38 Utara.
"Uji mesin baru mengindikasikan Pyongyang melanjutkan berjalan maju dengan program misil jarak jauh meskipun melanjutkan saksi PBB dan ekspresi ketidaksenangan publik China dengan upaya Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir dan misil untuk membebaskan mereka," katanya.
Peluncuran roket bulan Desember memicu sanksi PBB lebih kencang pada negara miskin tapi bersenjata nuklir.
Pyongyang merespon peluncuran ketiga tes nuklir di Fbruari, sebuah langkah yang mengganggu sekutu utamanya, China. Ekonomi Korut terisolasi membuat langkan bergabung dalam anggota Dewan Keamaman PBB dalam memberikan sanksi terhadap rezim itu pada Maret.
Marah dengan sanksi baru dan apa yang disebut kebijakan bermusuhan Seoul, Korut memasang serangkaian ancaman apokaliptik, termasuk serangan senjata nuklir ke Seoul dan Washington, mempertajam tensi ketegangan di semenanjung.
Bulan April, Pyongyang menarik diri para pekerjanya dari komplek industrial bersama, menyusul ketegangan militer.
Krisis mereda setelah Pyongyang merubah taktik dan membuat serangkaian gerakan rekonsiliasi menuju Seoul dan Washington dalam beberapa bulan terakhir, meskipun pembicaraan awal dilakukan pada akhir pekan untuk diskusi membuka kembali kompleks industri tidak membuahkan hasil, demikian AFP.
(I028/B002)
Gambar roket Tongchang-ri berbasis di bagian baratlaut negara itu mengisyaratkan Korea Utara setidak-tidaknya melakukan "satu atau lebih uji mesin roket" pada akhir Maret atau awal April, kata Lembaga Korea-AS di Universitas Johns Hopkins.
Tempat peluncuran roket, juga diketahui sebagai stasiun peluncuran Satelit Sohae, adalah basis dari negara komunis itu sukses meluncurkan roket pada akhir Desember, setelah usahanya gagal pada April di tahun yang sama.
Pyongyang mengklaim keduanya adalah proyek ilmu pengetahuan untuk perdamaian dengan menempatkan satelit Unha ke orbitnya. Komunitas internasional, yang secara luas mengutuk peluncuran roket pada Desember, berpandangan mereka (Korut) menyamarkan tes rudal balistik jarak jauh yang dilarang resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ahli Pencitraan, Nick Hansen mengatakan tes mesin itu adalah "sebuah kunci bagian" usaha untuk membangun misil jarak jauh.
Dia mengatakan gambar terakhir menunjukkan aktivitas termasuk pergerakan tank bahan bakar disekitar landasan peluncuran roket dan tujuh gerbong kereta yang potensial membawa mesin, peralatan lain dan teknisi untuk tes tempat peluncuran.
Mereka juga menunjukkan sebuah noda berwarna oranye yang khas dalam api parit, didesain untuk melindungi roket dari gas buang, di landasan peluncuran yang mirip dengan yang ditampilkan pada peluncuran roket sebelumnya, kata Nick.
"Uji mesin roket, sementara kurang terlihat, juga penting dalam pengembangan tekonologi," tulis Hansen di blog institutnya 38 Utara.
"Uji mesin baru mengindikasikan Pyongyang melanjutkan berjalan maju dengan program misil jarak jauh meskipun melanjutkan saksi PBB dan ekspresi ketidaksenangan publik China dengan upaya Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir dan misil untuk membebaskan mereka," katanya.
Peluncuran roket bulan Desember memicu sanksi PBB lebih kencang pada negara miskin tapi bersenjata nuklir.
Pyongyang merespon peluncuran ketiga tes nuklir di Fbruari, sebuah langkah yang mengganggu sekutu utamanya, China. Ekonomi Korut terisolasi membuat langkan bergabung dalam anggota Dewan Keamaman PBB dalam memberikan sanksi terhadap rezim itu pada Maret.
Marah dengan sanksi baru dan apa yang disebut kebijakan bermusuhan Seoul, Korut memasang serangkaian ancaman apokaliptik, termasuk serangan senjata nuklir ke Seoul dan Washington, mempertajam tensi ketegangan di semenanjung.
Bulan April, Pyongyang menarik diri para pekerjanya dari komplek industrial bersama, menyusul ketegangan militer.
Krisis mereda setelah Pyongyang merubah taktik dan membuat serangkaian gerakan rekonsiliasi menuju Seoul dan Washington dalam beberapa bulan terakhir, meskipun pembicaraan awal dilakukan pada akhir pekan untuk diskusi membuka kembali kompleks industri tidak membuahkan hasil, demikian AFP.
(I028/B002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: