Gaza (ANTARA) - Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) pada Rabu (29/11) mendesak agar lebih banyak titik masuk bantuan ke Gaza dibuka kembali secepatnya, termasuk untuk barang-barang komersial.

OCHA dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa masuknya pasokan termasuk makanan, air, pasokan medis, dan bahan bakar melalui perlintasan Rafah di Gaza yang berbatasan dengan Mesir telah meningkat selama gencatan senjata, namun masih jauh dari cukup.
Seorang pria Palestina terlihat lelah setelah sekian lama menunggu di stasiun pengisian bahan bakar di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pada 28 November 2023. (Xinhua)

Sejak gencatan senjata diberlakukan, sekitar 85 ton minyak goreng diangkut setiap harinya ke Gaza, hanya sepertiga dari rata-rata konsumsi harian di Gaza sebelum konflik, lanjut OCHA.

Panjang antrean di stasiun pengisian bahan bakar gas untuk memasak di Khan Yunis, Gaza selatan, mencapai hampir dua kilometer, dan warga harus menunggu semalaman. Menurut sejumlah laporan, warga bahkan terpaksa membakar kusen pintu dan jendela untuk memasak.
Orang-orang menunggu di stasiun pengisian bahan bakar di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pada 28 November 2023. (Xinhua)

Kekurangan pasokan saja menyebabkan kerugian produksi pertanian di Gaza sebesar 1,6 juta dolar AS setiap harinya, belum termasuk kerusakan peralatan pertanian, lahan pertanian, dan tanaman, terutama pohon zaitun.

"Selain itu, (hanya) satu dari toko roti Program Pangan Dunia (WFP) yang kembali beroperasi di Gaza selatan, menyediakan roti untuk sekitar 90.000 orang di tempat penampungan PBB, sementara toko roti lainnya hanya beroperasi sesekali," catat pernyataan itu.
Antrian panjang terlihat di salah satu stasiun pengisian bahan bakar yang ada di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pada 28 November 2023. (Xinhua)