Hamas undang media liput kehancuran di Jalur Gaza
29 November 2023 22:52 WIB
Seorang warga memindahkan sebongkah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan-serangan udara Israel di Kota Khan Younis di Jalur Gaza bagian selatan pada Minggu (12/11/2023). (ANTARA/Rizek Abdeljawad/Xinhua/tm)
Gaza City (ANTARA) - Kelompok pejuang Palestina, Hamas, telah meminta media untuk meningkatkan kehadiran di Jalur Gaza dan melihat tingkat kehancuran yang disebabkan oleh serangan Israel di wilayah tersebut sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.
"Kami menyerukan jurnalis dan lembaga media internasional untuk mengintensifkan kehadiran mereka di Jalur Gaza untuk melihat sejauh mana kehancuran dan tanda-tanda genosida yang dilakukan oleh kekuatan pendudukan (Israel) dan tentara Nazi terhadap anak-anak, warga sipil yang tidak berdaya, dan seluruh infrastruktur,” kata Hamas.
Hamas merujuk penemuan puluhan jenazah warga sipil Palestina di bawah reruntuhan di daerah Sabra dan daerah lain di Kota Gaza serta sangat besarya skala kerusakan pada Universitas Islam yang merupakan salah satu lembaga ilmiah terpenting.
Baca juga: Wang Yi: api perang tak boleh dibiarkan menyala kembali di Gaza
"Kehancuran itu menegaskan kengerian yang dialami warga Gaza dalam perang genosida yang tujuannya adalah untuk mendorong mereka ke pengasingan," kata Hamas.
Senin malam (27/11), Qatar sebagai mediator mengumumkan perjanjian perpanjangan jeda kemanusiaan selama dua hari, yang akan digunakan oleh Israel dan Hamas untuk melanjutkan pertukaran tahanan.
Israel melancarkan serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023.
Lebih dari 15.000 warga Palestina termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 perempuan tewas karena serangan itu, sementara jumlah korban tewas di Israel 1.200 jiwa.
Baca juga: Sumber Mesir pastikan jeda di Gaza bisa diperpanjang dua hari lagi
Sumber: Anadolu
"Kami menyerukan jurnalis dan lembaga media internasional untuk mengintensifkan kehadiran mereka di Jalur Gaza untuk melihat sejauh mana kehancuran dan tanda-tanda genosida yang dilakukan oleh kekuatan pendudukan (Israel) dan tentara Nazi terhadap anak-anak, warga sipil yang tidak berdaya, dan seluruh infrastruktur,” kata Hamas.
Hamas merujuk penemuan puluhan jenazah warga sipil Palestina di bawah reruntuhan di daerah Sabra dan daerah lain di Kota Gaza serta sangat besarya skala kerusakan pada Universitas Islam yang merupakan salah satu lembaga ilmiah terpenting.
Baca juga: Wang Yi: api perang tak boleh dibiarkan menyala kembali di Gaza
"Kehancuran itu menegaskan kengerian yang dialami warga Gaza dalam perang genosida yang tujuannya adalah untuk mendorong mereka ke pengasingan," kata Hamas.
Senin malam (27/11), Qatar sebagai mediator mengumumkan perjanjian perpanjangan jeda kemanusiaan selama dua hari, yang akan digunakan oleh Israel dan Hamas untuk melanjutkan pertukaran tahanan.
Israel melancarkan serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023.
Lebih dari 15.000 warga Palestina termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 perempuan tewas karena serangan itu, sementara jumlah korban tewas di Israel 1.200 jiwa.
Baca juga: Sumber Mesir pastikan jeda di Gaza bisa diperpanjang dua hari lagi
Sumber: Anadolu
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023
Tags: