Bogor (ANTARA News) - Istri mantan Presiden keempat Republik Indonesia, Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid prihatin dengan kasus korupsi yang kian marak, menurutnya korupsi terjadi karena puasa yang dijalankan pemimpin tersebut bukan revolusif.

"Sangat prihatin dengan korupsi yang banyak terjadi, itu pemimpin kita puasanya bukan revolusif. Karena harusnya puasa itu bisa mengubah perilaku kita menjadi lebih baik lagi," katanya dalam acara sahur bersama dengan komunitas lintas agama dan kaum duafa, di Pondok Pesantren Al Ghazaly, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Sinta menilai, nilai kejujuran di Indonesia sudah berkurang. Hal ini yang menyebabkan terjadinya korupsi dan kecurangan.

"Kebanyakan yang terjadi kecurangan, korupsi, ada sapi digarongi, dan banyak lagi perempuan-perempuan diumpetin," katanya.

Melihat kenyataan itu, lanjut Sinta diperlukan kesabaran yang berlipat-lipat agar terhindar dari perbuatan yang buruk.

Menurut Sinta, bulan Ramadhan merupakan sekolah untuk bersabar dan menanamkan kejujuran.

"Ramadhan itu untuk sekolah untuk melatih kesabaran kita yang akan menjadi penolong kita nantinya," katanya.

Sinta menyatakan, kesabaran perlu terus dipupuk agar seluruh masyarakat Indonesia menjadi lebih baik sehingga terhindar dari kehancuran.

Sinta berpesan, agar tokoh-tokoh saat ini betul-betul menjalankan dan mengimplementasikan ajaran yang diajarkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terciptanya Indonesia yang harmoni.

Terkait keragaman umat beragama di Indonesia, Sinta mengatakan, Indonesia membutuhkan Islam yang rahmah, yang mengajarkan rahmatan lil`alamin, penuh kedamaian dan ketenangan.

"Sehingga rahmat itu bisa dirasakan seluruh umat. Bisa hidup berdampingan, kita orang Islam harus hidup rukun dengan sesama," katanya.

Kegiatan sahur bersama yang dilakukan Sinta merupakan kegiatan yang rutin dilakukan semasa Presiden Abdurrahman Wahid. Dalam acara tersebut terjalin kerjasama antar komunitas dan lintas agama seperti Aliansi Nasional Bhinneka Yungaga Ika, Yayasn Puan Amal Hayati, GKI Yasmin, Gereja Khatolik Santo Yohanes Baptista Parung dan komunitas motor maung Bogor. (LR)