Washington (ANTARA) - Presiden Sidang ke-78 Majelis Umum PBB Dennis Francis menyerukan upaya perdamaian untuk mewujudkan keamanan dan stabilitas berkelanjutan di Timur Tengah.

Dalam Sidang Majelis Umum PBB yang bertujuan membahas krisis yang sedang berlangsung di Timur Tengah, Francis mengatakan bahwa solusi dua negara antara Israel dan Palestina adalah "satu-satunya cara" untuk memutus lingkaran konflik, kekerasan, dan penderitaan yang tiada akhir.

“Ini berarti bekerja lebih keras untuk membangun konsensus yang diperlukan untuk perdamaian," kata Francis dalam pertemuan Majelis Umum PBB yang diselenggarakan di New York, AS, pada Selasa (28/11).

“Ini berarti membuka jalan baru untuk dialog langsung antarpihak, menumbuhkan rasa hormat terhadap resolusi Majelis Umum, dan mendukung semua upaya yang didasarkan pada perjanjian sebelumnya,” ujar dia, menambahkan.

Diplomat asal Trinidad dan Tobago itu menyambut baik jeda kemanusiaan sementara di Jalur Gaza, yang memungkinkan pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok Hamas Palestina.

Namun, dia menegaskan bahwa jeda kemanusiaan saja tidak cukup.
Baca juga: Sekjen PBB sebut jeda kemanusiaan tidak selesaikan masalah utama Gaza

Francis menyerukan perlakuan manusiawi dan pembebasan segera semua sandera, tanpa syarat.

"Saya mengulangi seruan saya untuk gencatan senjata kemanusiaan jangka panjang sehingga makanan, air, dan bantuan medis yang sangat dibutuhkan bisa menjangkau semua orang di Jalur Gaza dan wilayah lain yang terdampak," ujar dia.

Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengatakan tidak ada satu generasi Palestina pun yang selamat dari bencana perang.

“Ini adalah periode paling mematikan yang pernah dialami oleh warga Palestina di Jalur Gaza dan mereka telah menyaksikan banyak serangan sebelumnya. Ini adalah pemindahan paksa warga Palestina terbesar sejak Nakba,” kata Mansour.

Dia menambahkan bahwa lebih dari 1,8 juta warga sipil di Gaza, atau hampir 80 persen penduduk, diperkirakan menjadi pengungsi di dalam negeri.

Mansour mengatakan tidak ada konflik yang menyebabkan begitu banyak anak terbunuh, seperti perang yang dilancarkan Israel terhadap Palestina.
Baca juga: Retno: Indonesia tak bisa diam lihat anak dan perempuan tewas di Gaza

“Tidak ada yang bisa membenarkan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida,” ujar dia.

Lebih lanjut, dia menegaskan tidak akan ada perdamaian di Timur Tengah tanpa solusi yang adil dan berkelanjutan atas isu Palestina, berdasarkan hukum internasional dan resolusi PBB.

Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza, menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Sejak itu, pertempuran telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 perempuan, sementara jumlah korban tewas di Israel 1.200 jiwa.

Baca juga: PBB meminta jeda kemanusiaan di Gaza berlanjut gencatan senjata penuh
Baca juga: WHO peringatkan peningkatan penyakit menular di kamp pengungsi Gaza


Sumber: Anadolu